Manhaj Tarjih merupakan konsep yang disusun oleh Persyarikatan Muhammadiyah sebagai metode ijtihad yang secara khusus digunakan warga persyarikatan. Khususnya dalam forum resmi Muhammadiyah. Yang biasanya disebut sebagai Majelis Tarjih.
Manhaj Tarjih ini memuat 16 pokok manhaj. Sebagian bersifat umum, dan sebagian bersifat detail. Sebagian merupakan ijma’ para ulama, dan sebagian merupakan bagian masalah yang diperdebatkan.
Sebagai alumni Fakultas Syariah, tentu saja kita semua memiliki pendapat mengenai Manhaj Tarjih yang disusun oleh Persyarikatan ini. Dan tentunya kita boleh memberikan pendapat, sebagai bentuk dinamika berpikir dalam kehidupan berjamaah.
Berikut ini kami sampaikan rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah No. 1-16:
1. Al-Qur’an dan As-Sunnah
Teks Asli:
Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah ash-Shahihah. Ijtihad dan istinbath atas dasar ‘illah terhadap hal-hal yang tidak terdapat di dalam nash, dapat dilakukan. Sepanjang tidak menyangkut bidang ta’abbudi, dan memang merupakan hal yang diajarkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataan lain, Majelis Tarjih menerima ijtihad, termasuk qiyas, sebagai cara dalam menetapkan hukum yang tidak ada nash-nya secara langsung.
Usul perubahan:
Dasar utama Majelis Tarjih dalam beristidlal adalah al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 1.
***
2. Ijtihad Jama’i
Teks Asli:
Dalam memutuskan suatu keputusan, dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihad digunakan sistem ijtihad jama’i. Dengan demikian pendapat perorangan dari majelis tidak dapat dipandang kuat.
Usulan Perubahan:
Majelis Tarjih membuat keputusan dengan jalan musyawarah. Majelis Tarjih menyelesaikan masalah melalui ijtihad jama’i. Pendapat perorangan bukan merupakan keputusan majelis.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 2.
***
3. Kedudukan Madzhab Fiqih
Teks Asli:
Tidak mengikatkan diri pada suatu madzhab, tetapi pendapat-pendapat madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum. Sepanjang sesuai dengan jiwa al-Qur’an dan as-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.
Usulan Perubahan:
Majelis Tarjih tidak mengikatkan diri pada suatu mazhab. Pendapat-pendapat mazhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 3.
***
4. Terbuka dan Toleran
Teks Asli:
Berprinsip terbuka dan toleran, dan tidak beranggapan bahwa hanya Majelis Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil-dalil yang dipandang lebih kuat. Dan koreksi dari siapapun akan diterima sepanjang dapat memberikan dalil-dalil yang lain yang lebih kuat. Dengan demikian, Majelis Tarjih akan mempertimbangkan untuk mengubah keputusan yang telah ditetapkan.
Usulan Perubahan:
Majelis Tarjih memiliki prinsip terbuka dan toleran. Setiap keputusan diambil berdasarkan dalil yang dipandang paling kuat, namun tidak ada anggapan bahwa putusan Majelis Tarjih yang paling benar. Koreksi dari siapapun akan diterima sepanjang dapat menunjukkan dalil yang lebih kuat. Dengan demikian, Majelis Tarjih dapat mengubah keputusan yang telah ditetapkan.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 4.
***
5. Dalil Masalah Aqidah
Teks Asli:
Di dalam masalah aqidah (tauhid), hanya dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir.
Usulan Perubahan:
Dalam masalah pokok-pokok aqidah, Majelis Tarjih hanya menerima dalil-dalil yang bersifat mutawatir. Adapun dalam masalah cabang-cabang aqidah, hadits ahad bisa diterima.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 5.
***
6. Konsep Ijma’
Teks Asli:
Tidak menolak ijma’ sahabat, sebagai dasar suatu keputusan.
Usulan Perubahan:
Majelis Tarjih menerima ijma’ sebagai dasar suatu keputusan setelah memperoleh referensi yang memadai.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 6.
***
7. Ta’arudh Adillah
Teks Asli:
Terhadap dalil-dalil yang nampak mengandung ta’arudh dipergunakan cara: al-jam’u wa’l-tawfiq. Dan kalau tidak dapat, baru dilakukan tarjih.
Usulan Perubahan:
Dalam menghadapi dalil-dalil yang nampak saling bertentangan (ta’arudh adillah), Majelis Tarjih menggunakan salah satu dari beberapa metode ini secara berurutan, yaitu: metode Jam’u wa Taufiq, metode Nasikh-Mansukh, metode Tarjih, dan metode Tawaqquf.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 7.
***
8. Sadd Dzari’ah
Teks Asli:
Menggunakan asas sadd-u’l-dzara’i untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah.
Usulan Perubahan:
Untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah, Majelis Tarjih menggunakan metode Sadd Dzari’ah sebagai dalil.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 8.
***
9. Maqashid Syari’ah
Teks Asli:
Menta’lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah sepanjang sesuai dengan tujuan syari’ah. Adapun qaidah: al-hukmu yaduru ma’a illatihi wujudan wa’adaman dalam hal-hal tertentu dapat berlaku.
Usulan Perubahan:
Sepanjang sesuai dengan maqashid syari’ah, Majelis Tarjih dapat mempergunakan metode ‘illah (ta’lil ahkam) untuk memahami kandungan dalil-dalil al-Qur’an dan as-Sunnah.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 9.
***
10. Komprehensif dan Utuh
Teks Asli:
Penggunaan dalil-dalil untuk menetapkan sesuatu hukum dilakukan dengan cara komprehensif, utuh dan bulat. Tidak terpisah.
Usulan Perubahan:
Untuk menetapkan suatu hukum, Majelis Tarjih menggunakan dalil-dalil yang ada secara komprehensif, utuh dan bulat.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 10.
***
11. Konsep ‘Am dan Khash
Teks Asli:
Dalil-dalil umum al-Qur’an dapat ditakhshis dengan hadits ahad, kecuali dalam bidang aqidah.
Usulan Perubahan:
Secara umum dalil-dalil dalam al-Qur’an dapat ditakhshis dengan hadits ahad. Khusus masalah aqidah yang bersifat pokok hanya bisa ditakhshis dengan hadits mutawatir.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 11.
***
12. Prinsip Taysir
Teks Asli:
Dalam mengamalkan agama Islam, menggunakan prinsip al-taysir
Usulan Perubahan:
Dalam membuat putusan masalah, Majelis Tarjih mengedepankan prinsip Taysir.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 12.
***
13. Penggunaan Akal dalam Bidang Ibadah
Teks Asli:
Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuan-ketentuannya dari al-Qur’an dan as-Sunnah, pemahamannya dapat menggunakan akal, sepanjang diketahui latar belakang dan tujuannya. Meskipun harus diakui bahwa akal bersifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash daripada akal memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi.
Usulan Perubahan:
Untuk memahami nash al-Qur’an dan as-Sunnah dalam bidang ibadah, Majelis Tarjih dapat menerima penggunaan akal dan logika, sepanjang diketahui latar belakang dan tujuan nash tersebut.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 13.
***
14. Penggunaan Akal dalam Masalah Duniawi
Teks Asli:
Dalam hal-hal yang termasuk al-umuru dunyawiyah yang tidak termasuk tugas para nabi, penggunaan akal sangat diperlukan, demi kemaslahatan umat.
Usulan Perubahan:
Demi maslahat umat, Majelis Tarjih memandang sangat diperlukannya akal untuk memahami masalah yang bersifat duniawi.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 14.
***
15. Pemahaman Shahabat dalam Nash Musytarak
Teks Asli:
Untuk memahami nash yang musytarak, faham sahabat dapat diterima.
Usulan Perubahan:
Untuk memahami nash yang bermakna musytarak, Majelis Tarjih dapat menerima pemahaman sahabat.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 15.
***
16. Mendahulukan Makna Zahir
Teks Asli:
Dalam memahami nash, makna dhahir didahulukan dari ta’wil dalam bidang aqidah. Dan takwil sahabat dalam hal itu tidak harus diterima.
Usulan Perubahan:
Untuk memahami nash di bidang aqidah, Majelis Tarjih mendahulukan makna zahir daripada takwil.
Selengkapnya: Pokok Manhaj Tarjih No. 16.
***
Penutup
Inilah usulan perubahan yang kami ajukan untuk Pokok-pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah. Bila ada komentar dari para pembaca, kami persilakan untuk disampaikan pada kolom komentar. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Demikian. Allahu a’lam.
________________
Bacaan:
Nash Musytarak: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 15
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Akal dan Ibadah: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 13
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Prinsip Pencegahan: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 8
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Ta’arudh Adillah: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 7
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Kedudukan Takwil: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 16
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Akal dan Maslahat: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 14
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Prinsip Taysir: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 12
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Takhshis Al-Qur’an dengan Hadits Ahad: Manhaj Tarjih 11
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Pendekatan Yang Komprehensif: Manhaj Tarjih 10
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Maqashid Syari’ah: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 9
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Kedudukan Ijma’: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 6
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Hadits dan Aqidah: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 5
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Prinsip Terbuka dan Toleran: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 4
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Kedudukan Mazhab Fiqih: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 3
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Prinsip Musyawarah: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 2
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]
Dasar Utama Beristidlal: Usul Perubahan Manhaj Tarjih 1
[…] Rekap Usulan Perubahan Pokok Manhaj Tarjih […]