SHOPPING CART

close

Shalat Syuruq: Pengertian, Dalil, Fadhilah

صَلَاةُ الشُّرُوْقِ

Sha-laa-tus-Syu-ruq

Shalat Syuruq/Shalat Isyraq

 

A. Pengertian Shalat Syuruq 

1. Pengertian Shalat Syuruq Secara Bahasa

Secara bahasa, syuruq berasal dari kata: syaraqa-yasyruqu-syarqan-syuruqan. Artinya: terbit.

شَرَقَ يَشرُق ، شَرْقًا وشُروقًا ، فهو شارِق

شَرَقَتِ الشَّمْسُ : طَلَعَتْ، بَزَغَتْ

Dari kata syaraqa ini pula muncul kata: masyriq. Yang artinya: arah timur, yang merupakan arah terbitnya matahari.

المَشْرِقُ: جهة شروق الشمس

“Masyriq: arah terbitnya matahari.”

المَشْرِقُ: البلاد الإسلامية في شرقيّ الجزيرة العربية

“Masyriq: negeri Islam yang berada di bagian timur Jazirah Arab.”

مَشرِق: اسم مكان من شرَقَ: مكان أو جهة شروق الشّمس شتّان بين مشرق ومغرب

“Masyriq: nama bagi sebuah tempat dari kata syaraqa. Tempat atau arah terbitnya matahari

**

2. Pengertian Shalat Syuruq Secara Istilah

Sebenarnyalah. Ada perbedaan pendapat di antara para ulama mengenai istilah Shalat Syuruq ini.

  • Apakah Shalat Syuruq ini merupakan nama lain dari Shalat Dhuha yang dilaksanakan di awal waktu.
  • Atau: Shalat Syuruq ini merupakan shalat tersendiri. Terpisah dari Shalat Dhuha. Shalat Syuruq tidak sama dengan Shalat Dhuha.

Pendapat pertama:

Shalat Syuruq merupakan nama lain dari Shalat Dhuha. Yang dikerjakan di awal waktu. Yaitu ketika matahari sudah terbit setinggi tombak.

Di mana kita pahami. Bahwa waktu Shalat Dhuha itu dimulai ketika matahari sudah terbit setinggi tombak, dan berakhir sekitar sepuluh menit sebelum tiba waktu Shalat Dhuhur.

Namun waktu yang terbaik untuk melaksanakan Shalat Dhuha adalah sekitar dua jam setelah matahari terbit. Namun boleh dikerjakan sekitar sepuluh menit setelah matahari terbit.

Bagi pendapat ini, bila Shalat Dhuha dikerjakan di awal waktu, yaitu sepuluh menit setelah terbitnya matahari, maka shalat ini disebut dengan Shalat Syuruq.

Pendapat kedua: 

Shalat Syuruq bukan bagian dari Shalat Dhuha. Tapi merupakan salah satu jenis shalat sunnah yang berdiri sendiri.

Baca Juga: 

Hukum Satu Amalan Diniatkan Dua Ibadah Sekaligus Apakah Sah?

***

B. Dalil Shalat Syuruq 

Berikut ini beberapa hadits yang menunjukkan disyariatkannya Shalat Syuruq:

1. Hadits Anas

Hadits pertama diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ ‌صَلَّى ‌الغَدَاةَ ‌فِي ‌جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ 

Dari Anas, dia berkata:

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa shalat Shubuh berjamaah (di masjid). Lalu tetap duduk dan berdzikir hingga matahari terbit. Kemudia dia shalat dua rakaat. Maka baginya pahala haji dan umrah.”

Lalu beliau menambahkan:

“Sempurna, sempurna, sempurna.”

(HR. Tirmidzi).

**

2. Hadits Abu Umamah

Hadits kedua diriwayatkan oleh Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ ‌صَلَّى ‌صَلَاةَ ‌الْغَدَاةِ ‌فِي ‌جَمَاعَةٍ، ثُمَّ جَلَسَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، انْقَلَبَ بِأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa shalat Shubuh berjamaah. Kemudian dia tetap duduk dan berdzikir hingga matahari terbit. Lalu dia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka dia pulang dengan pahala haji dan umrah.”

(HR. Thabrani).

**

c. Abu Umamah dan ‘Utbah

Hadits pertama diriwayatkan oleh Abu Umamah dan ‘Utbah radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، وعُتْبَةَ بْنِ عَبْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، كَانَ يَقُولُ: «مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي مَسْجِدٍ جَمَاعَةً، ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى يُسَبِّحَ تَسْبِيحَةَ الضُّحَى، ‌كَانَ ‌لَهُ ‌كَأَجْرِ ‌حَاجٍّ ‌وَمُعْتَمِرٍ ‌تَامٍّ ‌لَهُ ‌حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Dari Abu Umamah dan ‘Utbah, bahwa Rasulullah bersabda:

“Barangsiapa shalat Shubuh di masjid dengan berjamaah. Kemudian dia tetap di situ dengan berdzikir hingga Dhuha. Maka baginya pahala orang yang pergi haji dan umrah secara sempurna, baik haji maupun umrahnya.”

(HR. Thabrani).

**

d. Hadits Ibnu Umar

Hadits pertama diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma:

عن ابن عمر، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ ‌صَلَّى ‌الْفَجْرَ [ثُمَّ] جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ يَذْكُرُ اللَّهَ عز وجل حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ مِنَ الضُّحى كَانَتْ لَه صَلَاتُهُ تَعْدِلُ حَجَّةً وَعُمْرَةً مُتَقَبَّلَتَيْنِ

“Dari Ibnu Umar, dia berkata:

Rasulullah Saw. bersabda:

“Barangsiapa shalat Shubuh. Kemudian dia tetap duduk di tempatnya shalat. Berdzikir. Hingga matahari terbit. Kemudian dia shalat Dhuha dua rakaat. Maka shalatnya itu setara dengan haji dan umrah yang sah.”

(HR. Ibnu Hibban).

Baca Juga: 

Hukum Shalat Tarawih Empat Rakaat Satu Salam

***

C. Fadhilah Shalat Syuruq 

Sebagaimana disebutkan dalam tiga hadits di atas. Bahwa Shalat Syuruq ini memiliki dua fadhilah utama, yaitu:

1. Hemat biaya haji dan umrah

  • memperoleh pahala haji secara sempurna
  • memperoleh pahala umrah secara sempurna

Tentu saja hal ini sangat penting. Mengingat biaya haji dan umrah tidaklah murah. Bahkan bagi sebagian orang, ibadah haji dan umrah ini merupakan cita-cita tertinggi. Yang belum tentu bisa dilaksanakan meskipun hanya sekali seumur hidup.

Oleh karena itu, hadits ini bisa menjadi hiburan tersendiri bagi seluruh kaum muslimin secara umum. Di mana ibadah haji dan umrah memerlukan biaya dari puluhan hingga ratusan juta. Namun dengan cara ini, pahala ibadah haji dan umrah bisa diraih tanpa biaya sama sekali.

2. Hemat waktu dan tenaga

Hadits ini juga merupakan kabar gembira yang berkaitan dengan penghematan waktu dan tenaga yang luar biasa. Selain biaya. Persiapan dan pelaksanaan ibadah haji memerlukan waktu yang panjang dan tenaga yang berlimpah. Tanpa persiapan yang cukup matang. Mustahil ibadah haji dan umrah bisa dilaksanakan dengan baik.

Kita bisa hitung. Berapa waktu yang diperlukan untuk persiapan berangkat haji. Yang biasa disebut dengan manasik haji. Tidak sebentar.

Demikian pula halnya dengan tenaga yang harus dicurahkan. Apalagi ketika pelaksanaannya. Perjalanan yang panjang dari Tanah Air hingga sampai di Tanah Suci. Menunggu hari pelaksanaan. Hingga melaksanakan rukun demi rukun ibadah haji sampai selesai. Lalu pulang kembali ke tanah kelahiran masing-masing.

Dan semua itu. Ternyata bisa ditebus dengan duduk di masjid selama satu atau satu jam setengah. Maka sudah barang tentu hal ini merupakan kabar gembira yang luar biasa.

Baca Juga: 

IBADAH MAHDHAH & GHAIRU MAHDHAH: Pengertian Contoh Perbedaan

***

D. Kehujahan Hadits Shalat Syuruq 

Berikut ini kami sampaikan tingkat kesahihan dari masing-masing hadits di atas:

1. Hadits Anas

Haditsnya secara lengkap adalah:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاوِيَةَ الجُمَحِيُّ البَصْرِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو ظِلَالٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «‌مَنْ ‌صَلَّى ‌الغَدَاةَ ‌فِي ‌جَمَاعَةٍ ‌ثُمَّ ‌قَعَدَ ‌يَذْكُرُ ‌اللَّهَ ‌حَتَّى ‌تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ»، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: «تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ» هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ ” وَسَأَلْتُ مُحَمَّدَ بْنَ إِسْمَاعِيلَ: عَنْ أَبِي ظِلَالٍ؟ فَقَالَ: هُوَ مُقَارِبُ الحَدِيثِ، قَالَ مُحَمَّدٌ: وَاسْمُهُ هِلَالٌ 

Hadits pertama, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Anas radhiyallahu ‘anhu di atas, merupakan hadits yang hasan. Sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Imam Tirmidzi sebagai perawi hadits tersebut. Selain itu, hadits ini juga dinyatakan sebagai hadits hasan oleh Syeikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.

Memang ada beberapa ulama yang menilai bahwa hadits ini merupakan hadits dha’if. Misalnya Syeikh Mushthafa al-‘Adawi. Maka setidaknya hadits ini diperselisihkan akan derajat kesahihannya. Ada yang mensahihkan dan ada yang mendha’ifkan.

Sekarang tinggal kita lebih percaya kepada siapa. Adapun saya pribadi lebih percaya kepada penilaian dari Imam Tirmidzi. Di mana hal ini dikuatkan oleh Syeikh al-Albani. Juga disetujui oleh Syeikh Ahmad Syakir.

**

2. Hadits Abu Umamah

Haditsnya secara lengkap adalah:

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ، ثنا الْمُغِيرَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحَرَّانِيُّ، ثنا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ مُوسَى بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ الْحَارِثِ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مَنْ ‌صَلَّى ‌صَلَاةَ ‌الْغَدَاةِ ‌فِي ‌جَمَاعَةٍ، ثُمَّ جَلَسَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، انْقَلَبَ بِأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ

Sesuai catatan yang disampaikan oleh Tim Tahqiq Kitab Targhib dan Tarhib, bahwa ada perawi dalam sanad di atas yang dipermasalahkan:

Pertama: ‘Utsman bin Abdurrahman. Perawi shaduq, tetapi seringkali meriwayatkan hadits dari perawi yang lemah. Kedua: Musa bin ‘Ali merupakan perawi yang tidak dikenal.

Berdasarkan catatan di atas, maka bisa dikatakan bahwa hadits kedua ini merupakan hadits yang sanadnya dha’if.

**

3. Hadits Abu Umamah dan ‘Utbah

Haditsnya secara lengkap adalah:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرٍو الْخَلَّالُ الْمَكِّيُّ، ثنا يَعْقُوبُ بْنُ حُمَيْدٍ، ثنا مَرْوَانُ مُعَاوِيَةُ، عَنِ الْأَحْوَصِ بْنِ حَكِيمٍ، ثنا أَبُو عَامِرٍ الْأَلْهَانِيُّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، وعُتْبَةَ بْنِ عَبْدٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم، كَانَ يَقُولُ: «مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي مَسْجِدٍ جَمَاعَةً، ثُمَّ مَكَثَ حَتَّى يُسَبِّحَ تَسْبِيحَةَ الضُّحَى، ‌كَانَ ‌لَهُ ‌كَأَجْرِ ‌حَاجٍّ ‌وَمُعْتَمِرٍ ‌تَامٍّ ‌لَهُ ‌حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ»

Dalam sanad hadits di atas. Yang dipermasalahkan adalah seorang perawi bernama al-Ahwash bin Hakim. Namun Imam Thabrani memberikan keterangan, bahwa al-Ahwash ini:

يعتبر به إذا حدث عنه ثقة

Dan dalam hadits di atas, Marwan Mu’awiyah bin Mu’awiyah adalah seorang perawi yang tsiqah. Telah meriwayatkan hadits itu dari al-Ahwash. Maka hadits di atas tidak ada masalah.

Imam Nuruddin al-Haitsami juga memberikan positif sebagai berikut:

رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ، وَفِيهِ الْأَحْوَصُ بْنُ حَكِيمٍ، وَثَّقَهُ الْعِجْلِيُّ وَغَيْرُهُ، وَضَعَّفَهُ جَمَاعَةٌ، وَبَقِيَّةُ رِجَالِهِ ثِقَاتٌ وَفِي بَعْضِهِمْ خِلَافٌ لَا يَضُرُّ

**

4. Hadits Ibnu Umar

Hadits yang keempat ini bisa kita lacak asal muasalnya adalah Kitab al-Majruhin yang disusun oleh Imam Ibnu Hibban sebagai berikut:

وقد روى عن خالد بن معدان، عن ابن عمر، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ [ثُمَّ] جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ يَذْكُرُ اللَّهَ عز وجل حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ مِنَ الضُّحى كَانَتْ لَه صَلَاتُهُ تَعْدِلُ حَجَّةً وَعُمْرَةً مُتَقَبَّلَتَيْنِ”

Di mana Imam Ibnu Hibban sendiri memberikan penilaian, bahwa hadits di atas adalah dha’if.

وإن روي عن غير هذا الطريق فليس بصحيح

Hal ini dikuatkan oleh Ibnu al-Qaisrani dalam Tadzkiratul Huffazh:

رَوَاهُ الأَحْوَصُ بْنُ حَكِيمٍ، عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ
وَالأَحْوَصُ هَذَا شَامِيٌّ مِنْ أَهْلِ حِمْصَ، يَرَوْيِ الْمَنَاكِيرَ عَنِ الْمَشَاهِيرِ، وَكَانَ يَنْتَقِصُ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ رضي الله عنه

Dengan demikian, hadits yang keempat ini statusnya merupakan hadits dha’if.

Baca Juga: 

HADITS DHA’IF: Pengertian, Contoh dan Kedudukan

***

Penutup

Demikian sedikit pembahasan mengenai pengertian, dalil, keutamaan serta tambahan penjelasan mengenai status hadits-hadits tentang shalat syuruq. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Bila ada tambahan keterangan atau koreksi. Mohon tidak sungkan untuk menyampaikan pada kolom komentar.

Allahu a’lam.

________________________________

Bacaan Utama:

Kitab Majma’uz-Zawaid. Imam Nuruddin al-Haitsami.

Artikel 1: Hadits as-Syuruq.

Artikel 2: Ma Hiya Shalah as-Syuruq.

Kitab: Kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh. Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili.

Artikel 3: Menimbang Kehujahan Shalat Isyraq. K.H. Amin Muchtar (Sekretaris Dewan Hisbah PP PERSIS)

Artikel 4: Al-Farqu baina Shalah as-Syuruq wa Shalah ad-Dhuha.

Software: Maktabah Syamilah dan Jawami’ul Kalim.

Artikel: Fadhl Jilsah al-Isyraq.

mawdoo3-com
website keislaman: mawdoo3.com
Tags:

0 thoughts on “Shalat Syuruq: Pengertian, Dalil, Fadhilah

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

  1. Maaf pada : 4. Kesadaran lingkungan bertasbih dan beribadah kepada Allah Allah Swt. berfirman: سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا…

  2. Mat malam.. mohon maaf sebelumnya, mau tanya apakah dalam sebuah perkumpulan arisan keluarga atau kami disini menyebutnya arisan peguyuban daerah…

https://taraboulsi.com/ https://taraboulsi.com/ https://aqiqohmalang.com/slotgacor/
sawercuan slot/ slotgacor