Pasti pilih gadis. Haha…
Ya belum tentu. Tiap orang punya pertimbangannya masing-masing.
Memang pada dasarnya, kalau tidak ada sesuatu yang khusus, kita dianjurkan untuk memilih calon pasangan yang masih gadis.
Anjuran Rasulullah Saw.
Pada suatu hari ada seorang shahabat bertemu dengan Rasulullah Saw. dan menyampaikan informasi, bahwa dia baru saja menikah. Beliau bertanya, apakah wanita itu seorang gadis atau janda. Shahabat tersebut menjawab, bahwa istrinya itu seorang janda.
Beliau penasaran dengan alasan shahabat tersebut, kenapa memilih seorang janda, bukannya seorang gadis. Karena seorang gadis itu lebih mudah diajak bercanda-ria.
Pertimbangan khusus
Ternyata shahabat itu punya pertimbangan lain. Ayahnya memiliki banyak anak perempuan. Lalu ayahnya itu meninggal dunia dengan meninggalkan banyak anak perempuan tadi.
Jadi shahabat ini memerlukan seorang wanita yang lebih dewasa dan mengerti. Bukan seorang gadis yang belum punya pengalaman, sehingga akan kesusahan menanggung beban keluarga yang tiba-tiba sudah berat.
Dan Rasulullah Saw. pun setuju dengan pilihan shahabat tersebut.
Jadi tidak selalu pilih yang gadis. Hehe…
Kisah terbaik
Pada kenyataannya, istri pertama Rasulullah Saw. juga seorang janda. Yaitu Ibunda kita yang mulia, Khadijah radhiyallahu ‘anha, semoga Allah meridhainya. Sebelum menikah dengan Rasulullah Saw. Bunda Khadijah pernah menikah sebanyak dua kali.
Oleh karena itu, pilihan bisa disesuaikan dengan keadaan kita masing-masing. Seorang gadis punya kelebihan. Seorang janda juga punya kelebihan. Yang penting perempuan baik-baik. Yang bersedia hidup bersama dalam suka dan duka.
Demikian sekilas info yang bisa kami sampaikan. Semoga ada manfaatnya.
Bila pembaca ada saran, tambahan, atau tanggapan, kami persilakan untuk menyampaikan pada kolom komentar.
Terima kasih.
Hadits
Oya, bagi para pembaca yang memerlukan hadits di atas kami sampaikan di bawah ini. Agak panjang.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ هَلَكَ وَتَرَكَ تِسْعَ بَنَاتٍ فَتَزَوَّجْتُ امْرَأَةً ثَيِّبًا ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : يَا جَابِرُ ، تَزَوَّجْتَ ؟ قَالَ قُلْتُ : نَعَمْ . قَالَ : فَبِكْرٌ أَمْ ثَيِّبٌ ؟ قَالَ قُلْتُ : بَلْ ثَيِّبٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ : فَهَلاَّ جَارِيَةً تُلاَعِبُهَا وَتُلاَعِبُكَ ؟ أَوْ قَالَ : تُضَاحِكُهَا وَتُضَاحِكُكَ ؟ قَالَ قُلْتُ لَهُ : إِنَّ عَبْدَ اللَّهِ هَلَكَ وَتَرَكَ تِسْعَ بَنَاتٍ وَإِنِّى كَرِهْتُ أَنْ آتِيَهُنَّ أَوْ أَجِيئَهُنَّ بِمِثْلِهِنَّ ، فَأَحْبَبْتُ أَنْ أَجِىءَ بِامْرَأَةٍ تَقُومُ عَلَيْهِنَّ وَتُصْلِحُهُنّ َ. قَالَ : فَبَارَكَ اللَّهُ لَكَ
Dari Jabir bin Abdullah, “Ayahku meninggal dunia dengan meninggalkan sembilan anak perempuan. Maka aku menikahi seorang janda. Ketika aku bertemu Rasulullah Saw. beliau bertanya, “Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Aku jawab, “Sudah.”
Beliau bertanya, “Seorang gadis atau janda?” Aku jawab, “Seorang janda, wahai Rasulullah.”
Beliau bertanya, “Mengapa tidak seorang gadis saja, yang akan mudah engkau ajak bersenda-gurau?” Aku menjawab, “Ayahku meninggal dan meninggalkan sembilan anak perempuan. Sehingga aku tidak ingin mendatangkan seorang gadis baru. Yang sama keadaannya dengan saudara-saudaraku yang perempuan itu. Jadi aku ingin mendatangkan seorang wanita yang mampu mengurus mereka dengan baik.”
Beliau mendoakanku, “Barakallahu laka. Semoga Allah memberkahi dirimu.”
(HR. Muslim)
Tinggalkan Balasan