SHOPPING CART

close

Pesan Rasulullah Saw. Jangan Menetap di Bumi

Inilah pesan yang pernah Rasulullah Saw. sampaikan kepada Abdullah bin Umar bin Khattab, radhiyallahu ‘anhuma. Bahwa hakekat hidup di dunia ini hanya persinggahan dalam rangkaian perjalanan yang sangat panjang.

Orang Jawa mengatakan:

Wong urip iku mung mampir ngombe.”

Hidup di dunia ini hanya seperti orang yang berhenti dari perjalanan jauh untuk mampir minum di warung.

Jadi tempat singgah itu hanya sementara. Inilah dunia. Karena sebenarnya kita bukan penduduk asli bumi.

Memang tubuh atau jasmani kita dibuat dari sari tanah. Sehingga kita memerlukan bumi untuk menghidupi jasad kita. Setelah itu kita akan meninggalkan bumi untuk melanjutkan perjalanan.

Marilah kita perhatikan hadits berikut ini, semoga Allah Swt. berkenan membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya bagi kita semua:

A. Teks Hadits

:عَنْ مُجَاهِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ

:أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِمِنْكَبِى فَقَالَ

.كُنْ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

.وَعُدَّ نَفْسَكَ فِى أَهْلِ الْقُبُورِ

:فَقَالَ لِى ابْنُ عُمَرَ

.إِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالْمَسَاءِ

.وَإِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِالصَّبَاحِ

.وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ

.وَمِنْ حَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

.فَإِنَّكَ لاَ تَدْرِى يَا عَبْدَ اللَّهِ مَا اسْمُكَ غَدًا

.رواه الترمذي

B. Terjemahan

Dari Mujahid, dari Abdullah bin Umar, dia berkata:

Suatu saat Rasulullah Saw. memegang pundakku dan bersabda:

“Selama di dunia ini jadilah engkau seperti orang asing atau orang yang sedang lewat saja. Anggaplah dirimu sebagai orang yang sudah mati.”

Lalu Abdullah bin Umar berpesan kepadaku (Mujahid):

“Bila tiba pagi hari, janganlah engkau menunda pekerjaan di sore hari. Bila tiba sore hari, janganlah engkau menunda pekerjaan di pagi hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang waktu matimu. Wahai Hamba Allah, sungguh engkau tidak tahu nasibmu esok hari (apakah masih hidup).”

(HR. Tirmidzi.)

Baca pula:  Raudhah: Benarkah Bagian dari Taman Surga?

***

C. Catatan dan Keterangan

Selanjutnya berikut ini kami sampaikan beberapa catatan dan keterangan:

1. Kedekatan Pendakwah dan Obyek Dakwah

Inilah metode dakwah Rasulullah Saw. Beliau tidak memberikan pesan itu dari kejauhan, sambil berteriak. Beliau tidak memberikan nasihat dengan cara yang kasar.

Namun beliau ciptakan ruang pribadi terlebih dahulu antara mereka berdua. Ruang pribadi yang penuh keakraban dan saling percaya. Penuh kasih sayang.

Setelah itu, barulah beliau menyampaikan materi dakwah dengan tenang.

2. Hidup Selayaknya Pengembara

Sebagai pengembara kita tidak berniat menetap. Karena dunia ini hanya persinggahan darurat yang harus kita laksanakan untuk mengambil perbekalan secukupnya. Bila telah selesai, maka perjalanan pun kita lanjutkan.

Sebagai pengembara kita tidak boleh betah, apalagi berniat menetap di tempat persinggahan. Hal ini amat mudah kita ucapkan dan nasihatkan. Namun untuk melaksanakannya, apalagi menjadi pegangan hidup, sungguh tidak mudah.

Justru kebanyakan kita telah berniat untuk menetap di tempat persinggahan ini. Sebaliknya, malah kita merasa malas bahkan takut untuk melanjutkan perjalanan. Aneh bin ajaib, namun umum terjadi.

3. Perbandingan Waktu di Akhirat dan Dunia

Dalam sebuah ayat Allah Swt. memberikan penjelasan bahwa kehidupan di akhirat itu, satu hari saja sama dengan seribu tahun di dunia. Bahkan dalam ayat yang lain disebutkan, satu hari di akhirat sama dengan lima puluh ribu tahun di bumi.

Bila kita hitung-hitung, akan ketemu angka yang amat menarik. Bahwa kita hidup di dunia ini rata-rata sekitar 60 hingga 70 tahun. Maka waktu ini sama dengan kurang-lebih dua jam di akhirat.

Bila demikian, maka sangat pas perumpamaan dalam hadits di atas. Ibaratnya mampir ngopi.

4. Merasa Sudah Menjadi Penduduk Kuburan

Syarat menjadi penduduk kuburan adalah mati dulu. Bila sudah menjadi penduduk kuburan, kita pun tidak perlu takut mati lagi. Karena kematian adalah anak kandung dari kehidupan.

Atau dalam makna yang lain, kita menganggap bahwa seakan-akan amal kita sebenarnya telah terputus, karena kita sudah mati. Tidak ada lagi kesempatan untuk menambah amal kebajikan. Bila ternyata kita masih hidup, maka inilah kesempatan yang tiada tara, kemurahan dari Allah Swt. Maka hendaknya kita gunakan dengan sebaik mungkin.

5. Gunakan Waktu Sekarang Juga

Bapak Dalhari, kiai kami sewaktu di pesantren, berpesan kepada para santri:

“Waktu yang terbaik adalah sekarang. Tempat yang terbaik adalah di sini.”

Bahwa untuk melakukan kebaikan hendaknya kita laksanakan sesegera mungkin. Tidak perlu menunggu waktu dan tempat yang ada dalam angan-angan kita. Karena boleh jadi ketika waktu dan tempat itu sudah sesuai, kita malah menundanya untuk waktu yang lain lagi.

Bila kita tidak sibuk dengan pekerjaan yang baik, akan terbuka kesempatan untuk melakukan yang mubah, yang makruh, bahkan yang haram. Na’udzu billah min dzalik

Penutup

Demikian sedikit catatan yang bisa saya sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.

Allahu a’lam.

Tags:

One thought on “Pesan Rasulullah Saw. Jangan Menetap di Bumi

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

  1. Maaf pada : 4. Kesadaran lingkungan bertasbih dan beribadah kepada Allah Allah Swt. berfirman: سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا…

  2. Mat malam.. mohon maaf sebelumnya, mau tanya apakah dalam sebuah perkumpulan arisan keluarga atau kami disini menyebutnya arisan peguyuban daerah…

https://taraboulsi.com/ https://taraboulsi.com/ https://aqiqohmalang.com/slotgacor/
sawercuan slot/ slotgacor