SHOPPING CART

close

Pengalaman Berkunjung ke Purwokerto Banyumas Jawa Tengah

Hari Kamis yang lalu seharusnya saya sudah berangkat ke Purwokerto. Namun mendadak ada berita duka, sehingga perjalanan baru bisa saya lakukan pada hari Jumat pagi, jam 08.00. Dari Kota Malang.

Bismillah. Naik kereta api.

Tips Jitu Pilih Nomor Kursi Kertanegara Malang-Purwokerto

Sesuai pesan dan pengalaman salah seorang YouTuber. Saya pesan tiket Kertanegara. Dengan nomor besar. Yaitu 12-21.

Menurut pengalaman dari YouTuber itu. Kalau kita naik Kertanegara dari Malang, dan ingin kursi kita menghadap ke depan. Maka kita harus pesan nomor kursi 12 ke atas.

Kalau kita berangkat dari Purwokerto. Maka kita pilih nomor kursi yang kecil. Yaitu: 1-11. Supaya kita memperoleh kursi yang menghadap ke depan.

Alhamdulillah. Terbukti tips tersebut sangat manjur. Saya pesan nomor 13. Dan benar saja. Kursi saya menghadap ke depan. Sekali lagi saya mengucap alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah…

Saya berangkat dari rumah pada pukul 07.10. Sangat mepet dengan keberangkatan, padahal perjalanan sepeda motor setidaknya perlu waktu setengah jam. Mungkin karena alasan itu, istri pun sepertinya agak emosi. Mengapa saya berangkat agak telat.

Grab datang dengan cepat. Saya langsung naik dan sampai di stasiun pukul 07.30. Alhamdulillah…

Masuk stasiun saya langsung ngeprint tiket. Dan berjalan menuju kereta. Masih ada cukup waktu untuk mengerjakan banyak hal. Termasuk beli air mineral yang belum saya siapkan.

Perjalanan Kerja

Tentu saja perjalanan kali ini merupakan perjalanan dalam rangka melaksanakan tugas. Bukan jalan-jalan atau bersenang-senang. Oya meskipun diam-diam saya sudah lama pingin pergi ke Purwokerto.

Pertama, karena ada seorang penulis yang sangat saya suka. Yaitu Ahmad Tohari. Beliau menulis banyak novel yang sangat bagus. Di antaranya berlatar belakang pedesaan yang berada di sekitar Purwokerto.

Kedua, karena ada sebuah Universitas Muhammadiyah yang dikabarkan sedang melakukan banyak kemajuan. Yaitu Universitas Muhammadiyah Purwokerta.

Ketiga, saya ingin mendengar bahasa Banyumasan secara langsung di Kabupaten Banyumas, hehe…

Sebenarnya istri mau ikut. Tapi tidak jadi. Khawatir capek, katanya. Yah kalau mau tidak capek memang sebaiknya di rumah saja. Secapek-capeknya di rumah, masih capek berada dalam perjalanan. Apalagi perjalanan jauh lebih dari sepuluh jam.

Kesan Perjalanan Kali Ini

Sesungguhnyalah. Baru kali ini saya menyadari. Bahwa sebab globalisasi melalui berbagai media. Baik karena tontonan maupun budaya gengsi dan ikut-ikutan. Ke manapun kita pergi. Sepertinya kita tidak sedang jauh dari rumah sendiri.

Mulai dari sarana transportasi. Kereta api, bus, travel, dan seterusnya. Termasuk gojek, grab dan sarana transportasi online. Membuat perjalanan. Ke mana saja. Jadi terasa sama saja.

Sekarang kita pesan kursi kereta api, bus, pesawat, kapal. Semua lewat online. Jadi caranya pesan sama saja. Tidak ada bedanya sama sekali.

Demikian pula tempat rekreasi. Semua daerah menawarkan arena/wahana yang sama. Persis. Sampai alun-alun pun didesain sama. Sehingga saya merasa melihat Alun-alun Purwokerto itu sama dengan Alun-alun Kota Malang. Sama juga dengan Alun-alun Kota Batu.

Juga ketika saya mencoba untuk menikmati kuliner. Sama juga. Yang mendominasi adalah aneka jajanan yang bukan milik nenek moyang kita. Di Malang saya seringkali menemani anak-anak pergi beli jajanan yang bukan Nusantara itu. Karena anak-anak saya tidak suka jajanan orang tua seperti saya. Mereka suka jajanan anak-anak jaman sekarang.

Sampai ketika saya di Purwokerto. Yang menurut kesan saya masih kuat budaya daerahnya. Yang sepertinya akan menawarkan budaya Jawa yang lebih kental. Yah ternyata sama saja. Di sepanjang jalan sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto itu. Saya hanya menyaksikan berbagai macam jajanan yang tidak berbeda dengan aneka jajanan di dekat perumahan saya.

Pun ketika saya memperhatikan jalan-jalan di Purwokerto itu. Juga sama dengan jalan-jalan di Malang. Yang ada adalah rumah-rumah yang tertutup. Tidak ada orang di depan rumah. Bahkan tidak ada orang berjalan kaki. Yang ada adalah kendaraan sepeda motor dan mobil yang berseliweran.

Buyar sudah angan-angan saya tentang Purwokerto. Yang saya kira sedikit berbeda dengan Kabupaten Malang. Ternyata sama saja. Bentuk rumahnya juga sama. Bahkan ketika saya mencoba bicara dengan beberapa orang yang katanya asli Purwokerto. Sama juga bahasanya dengan saya.

Hanya saya sedikit terhibur. Ketika perjalanan pulang dari penginapan ke stasiun. Saya naik grab. Sopirnya bapak-bapak yang agak sepuh.

Tags:

0 thoughts on “Pengalaman Berkunjung ke Purwokerto Banyumas Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

  1. Maaf pada : 4. Kesadaran lingkungan bertasbih dan beribadah kepada Allah Allah Swt. berfirman: سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا…

  2. Mat malam.. mohon maaf sebelumnya, mau tanya apakah dalam sebuah perkumpulan arisan keluarga atau kami disini menyebutnya arisan peguyuban daerah…