Larangan Itu Mempercepat Kesuksesan
Untuk berhasil melakukan sesuatu, ternyata lebih banyak hal yang harus kita tinggalkan dan hindari, daripada mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.
Misalnya kalau kita ingin menjadi penulis yang hebat. Kita harus fokus kepada tulisan yang sedang kita tekuni. Fokus berarti kita meninggalkan berbagai tulisan yang bersifat iseng dan main-main.
Oleh karena itulah, dalam agama kita bukan hanya diberikan perintah. Namun juga diberikan beberapa larangan sebagai latihan yang sangat bermanfaat.
Larangan Lebih Sedikit daripada Perintah
Ibarat berkendara, larangan itu berfungsi sebagai rem. Adapun perintah itu berfungsi sebagai gas. Ada saatnya tancap gas, dan ada saatnya injak pedal rem.
Seberapa sering kita memerlukan rem, ternyata kita lebih sering main gas daripada rem.
Bila kita perhatikan, larangan yang bersifat membatasi itu jauh lebih sedikit daripada perintah untuk mengerjakan sesuatu.
Apa yang diharamkan itu jauh lebih sedikit daripada yang dihalalkan. Sehingga larangan itu bukan halangan bagi kita untuk melakukan kreasi dan inovasi.
Baca pula:
Arbain Nawawiyah 32: Larangan Keras Mendatangkan Mudharat
Rem Itu Sungguh Menyelamatkan
Rem itu lebih penting daripada gas. Mobil yang gasnya rusak itu lebih baik daripada yang remnya blong.
Mobil yang gasnya rusak paling-paling tidak bisa jalan. Ada masalah tapi tidak seberapa dibandingkan rem yang tiba-tiba baru ketahuan ternyata blong. Sangat celaka. Jauh lebih celaka daripada gas yang rusak.
Jadi kalau gas itu mengantarkan, maka rem itu memberikan ketepatan dan keselamatan sampai tujuan.
Rasulullah Saw. pernah berpesan kepada kita:
“Apa yang aku perintahkan, maka kerjakanlah semampumu. Namun apa yang aku larang, maka tinggalkanlah seluruhnya.”
Oleh karena itu, kita lebih membutuhkan larangan daripada perintah. Supaya selamat. Alias tidak celaka.
Allahu a’lam.
Tinggalkan Balasan