Id, artinya: kembali, hari raya.
Kembali, karena ia kembali setiap tahun sekali.
Hari raya, hari besar. Karena ia merupakan hari yang amat penting. Karena telah terjadi sebuah peristiwa besar pada hari itu.
Adha, artinya: hewan qurban. Jamak dari dhahiyah. Hewan yang dijadikan sebagai qurban.
Idul Adha merupakan salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam seluruh dunia. Pada hari ini umat Islam memperingati kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang melaksanakan ketaatan luar biasa.
Idul Adha memiliki nama yang bermacam-macam, di antaranya:
- Bodo Besar. Ini merupakan nama Jawa. Bodo Kecil adalah Idul Fitri.
- Idul Akbar. Sama dengan Bodo Besar.
- Yaumun Nahri. Hari penyembelihan hewan qurban.
- Idul Dhahaya. Hari raya menyembelih hewan qurban.
- Idul Adhahi. Sama dengan Idul Adhahi.
Adha, dhahaya, adhahi artinya sama. Bentuk jamak dari dhahiyah. Artinya: hewan qurban.
***
الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر
الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد
الحمد لله الواحد الأحد، الفرد الصمد، الحمد لله المحمود على كل حال، ونعوذ بالله من حال أهل النار، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، أهل الثناء والمجد، لا رب لنا سواه، ولا خالق غيره، ولا رازق إلا هو، مستحق للشكر والحمد، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، وصفيه وخليله، وخيرته من خلقه، صلوات ربي وسلامه عليه، وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم واقتفى أثرهم، أما بعد
قال تعالي
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
***
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Saya muliakan…
Kembali pada hari ini kita seluruh umat Islam di dunia memperingati, menghayati dan mengamalkan hubungan cinta antara:
- Allah
- Nabi Muhammad Saw. dan keluarga
- Nabi Ibrahim alaihis salam dan keluarga
- seluruh umat Nabi Muhammad Saw. seluruh dunia sepanjang waktu hingga hari kiamat
Adalah kita umat Nabi Muhammad Saw. memperingati hubungan cinta dan kasih itu setiap waktu, dan dipuncaki pada shalat. Pada shalawat. Ketika kita bersimpuh di hadapan Allah.
اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، كما صليت على إبراهيم، وعلى آل إبراهيم، إنك حميد مجيد
اللهم بارك على محمد، وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم، وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد
Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
Dan puncak dari semangat cinta kasih yang telah terjalin dengan demikian dalam itu, adalah kesediaan kita untuk menyisihkan sebagian harta. Untuk menyediakan hewan qurban.
Sebagai tanda. Bahwa kita sungguh-sungguh memperhatikan hadirnya hari yang berbahagia ini.
Hari kemenangan. Bahwa kita diberikan kemudahan untuk mengelola harta kita dengan baik. Sehingga kita bisa menyisihkan sebagian harta itu untuk hewan qurban. Karena di antara ciri utama hamba yang bertakwa. Adalah hamba yang mampu mengelola hartanya dengan baik. Sehingga dia mampu berbuat baik dengan hartanya. Baik di kala rezeki terasa lapang, maupun ketika rezeki terasa sempit. Dia mampu mengelolanya. Sehingga dia selalu mampu bersedekah. Dia mampu menyembelih hewan qurban.
Baca pula: Dahsyatnya Keluarga Nabi Ibrahim: Hakekat Shalawat
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…
Jamaah Yang Saya muliakan…
Sesungguhnyalah.
Shalawat itu merupakan doa untuk Nabi Muhammad Saw. Supaya beliau dan keluarganya diberikan rahmat dan barakah oleh Allah. Seperti rahmat dan barakah yang pernah Allah berikan untuk Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Lalu rahmat dan barakah seperti apakah yang telah Allah limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya itu?
1. Pribadi seorang dai sejati
Inilah kisah Nabi Ibrahim ketika menghancurkan patung-patung sesembahan Raja Namruz dan satu negara. Hanya dengan sendirian. Tanpa kawan. Berdakwah dengan cerdas. Logika tak terbantahkan yang disampaikan pada waktu yang paling tepat. Logika yang tidak terbantahkan. Sebuah logika yang hanya bisa dihadapi dengan diam seribu bahasa. Di hadapan penguasa tertinggi. Maharaja Namruz.
Di mana dunia ini hanya ada empat raja yang benar-benar raja terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Empat raja. Dua raja di antaranya adalah muslim, yaitu: Nabi Sulaiman alaihis salam dan Zulkarnain Yang Agung. Dua raja di antaranya adalah kafir, yaitu: Namruz dan Nebukadnezar (Bukhtanashar).
Dengan kepribadian yang sempurna. Hanya satu orang. Namun dihitung oleh Allah dalam al-َQur’an:
إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً
“Sungguh Ibrahim itu adalah sebuah umat.”
Hanya satu orang. Namun hakekatnya tidak kalah dengan nilai sebuah umat. Sehingga tidak heran. Bahwa dia diberikan kemampuan oleh Allah. Untuk menghadapi salah satu raja diraja. Namruz bersama seluruh kaki tangannya.
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…
2. Pribadi seorang suami yang amat setia pada istrinya
Siapakah suami yang lebih setia daripada Nabi Ibrahim alaihis salam. Hingga berumur tujuh puluh tahun. Tetap setia pada istri. Meskipun tidak juga diberikan momongan. Setiap membersamai sang istri yang gelisah selama puluhan tahun. Kegelisahan bersama kodrat seorang wanita yang ingin memiliki seorang bayi dalam rahimnya.
Seorang suami yang akhirnya terpaksa menikah untuk kedua kalinya. Benar-benar dipaksa oleh istri tercinta. Untuk menikah lagi.
Dan adalah kesetiaan itu hanya bisa dibalas dengan kesetiaan. Di mana kesetiaan itu tidak bisa bertambah. Kesetiaan hanya bisa dipertahankan. Sekali kesetiaan itu ternoda. Maka tiada lagi kesempatan untuk memperbaikinya. Selain kemaafan. Sebagaimana kaca yang pecah hanya bisa disatukan dengan alteco. Namun tiada pernah kembali asli.
Karena berkah dari kesetiaannya itulah. Nabi Ibrahim alaihis salam diberikan dua putra yang mulia. Putra-putra yang akan melanjutkan tugas kenabian. Yang satu adalah nabi yang akan melahirkan nabi terbesar. Yaitu Nabi Ismail alaihis salam. Yang satu lagi adalah nabi yang akan menurunkan nabi-nabi yang jumlahnya hingga ribuan. Yaitu Nabi Ishaq alaihis salam.
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…
3. Pribadi seorang kepala rumah tangga yang sukses mendidik istrinya
Nabi Ibrahim alaihis salam. Dialah yang telah mengalahkan kepentingan keluarganya di atas perintah Allah Swt. Ketika Nabi Ibrahim alaihis salam dengan ketegaran luar biasa. Sungguh-sungguh luar biasa. Yang tiada mampu dilakukan oleh kepala tangga manapun dunia ini.
Yaitu meninggalkan istri dan anak pertamanya. Bukan di pinggir pasar. Yang dekat dengan segala fasilitas melimpah. Setidaknya masih bisa minta tolong kepada sesama manusia bila menghadapi kebutuhan mendesak. Bukan di tengah hutan. Yang masih mungkin untuk manusia berburu, mencari buah-buahan dan bercocok tanam. Bukan pula di pinggir sungai maupun laut.
Namun di tengah-tengah padang pasir. Sungguh-sungguh padang pasir. Dalam arti yang sebenar-benarnya. Sejauh mata memandang. Puluhan, ratusan kilometer adalah pasir kering. Tidak ada supermarket. Tidak ada manusia. Binatang maupun tumbuhan. Tidak pula sumber mata air.
Di mana hanya kepada Allah. Hanya kepada Allah. Ibunda Hajar berlarian ke sana kemari.
Berlarian antara Shafa dan Marwah. Dengan kedua kaki beliau yang mulia. Ibunda Hajar berlarian. Berusaha memenuhi kebutuhan yang paling dasar sebagai seorang ibu yang sedang menyusui bayinya.
Bukan dalam Masjidil Haram yang lantainya dingin dan beratap indah-megah. Namun di bawah teriknya sinar matahari. Di tengah padang pasir. Ketika semua perbekalan sudah habis. Habis sama sekali. Tiada lagi tersisa, meskipun hanya beberapa teguk air tawar.
Mukjizat dan kemuliaan
Namun ternyata pertolongan Allah amatlah dekat. Datangnya pertolongan Allah itu bukan hasil bantuan teknologi canggih. Bukan hasil penelitian dari seminar internasional. Namun dari hentakan kaki alami seorang bayi. Seorang bayi yang lapar dan haus. Bersama kebingungan yang amat sangat dari seorang ibu.
Sebuah mata air abadi. Yang memancarkan air jernih. Dengan kandungan mineral paling pekat di seluruh dunia. Air Zamzam. Yang dinikmati bermilyar umat manusia sepanjang sejarah. Sebagai oleh-oleh terbaik pulang ibadah ke tanah suci.
Dan kemuliaan manakah yang diterima oleh seorang ibu. Seorang wanita, istri nabi yang mulia. Ketika kisah perjuangannya itu. Kisah ketaatannya itu. Diabadikan dalam puncak ibadah. Rukun Islam bagi umat nabi paling mulia. Yaitu Ibadah Haji.
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…
4. Pribadi ayah yang sukses mendidik anaknya
Nabi Ibrahim alaihis salam. Berhasil melewati krisis demi krisis. Mengorbankan keselamatan dirinya. Mengorbankan keselamatan keluarganya.
Dan siapakah orangtua yang lebih kasih dan sayang kepada anaknya. Selain orangtua yang diberikan putra di umurnya yang sudah delapan puluh tahun? Delapan puluh tahun…
Dan kita saksikan. Bagaimana beliau pun berhasil mendidik anaknya dengan gilang gemilang.
Seorang anak remaja. Yang telah siap menirukan sikap ayahnya tercinta. Mengorbankan dirinya untuk perintah Allah Swt.
Tanpa paksaan. Tanpa bujuk rayu maupun iming. Nanti dibelikan sepeda motor balap paling mahal. Maupun yang lain-lain.
يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Wahai Ayahku, laksanakanlah apa yang Allah perintahkan padamu. Niscaya Engkau dapati diriku, dengan izin Allah, termasuk orang-orang yang bersabar.”
(QS. as-Shaaffaat: 102)
***
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…
Renungan Bagi Diri Sendiri
Pada hari yang mulia ini. Marilah kita berdiam sejenak. Merenungkan keinginan Nabi Muhammad Saw. dalam shalawat itu. Apa sesungguhnya yang diinginkan oleh Nabi Muhammad Saw. dalam shalawat itu.
Kemudian yang juga tidak kalah pentingnya. Marilah kita perhatikan hubungan diri kita sendiri dengan shalawat Ibrahimiyah itu.
Sejauh manakah kita menginginkan rahmat dan barakah yang telah Allah limpahkan untuk Nabi Ibrahim dan keluarganya. Untuk diri kita pribadi dan keluarga kita masing-masing.
Tidakkah kita pun ingin. Kita sendiri. Kita pribadi. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw. Ingin memperoleh sedikit percikan. Cipratan. Dari rahmat dan barakah yang pernah Allah limpahkan untuk Nabi Ibrahim dan keluarganya itu.
Sejauh manakah kita telah mengusakan dan merealisasikan teladan Nabi Ibrahim itu untuk diri kita pribadi. Untuk keluarga kita. Untuk anak-anak kita.
Dan itu semua setidaknya kita usahakan dan mulai dengan menyediakan hewan qurban. Sebagai simbol. Sebagai tanda ketaatan.
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah. Tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayahNya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orangorang yang berbuat bai.”
(QS. al-Haj: 37)
***
Penutup
Demikian khutbah singkat pada pagi hari ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama. Dan sejenak marilah kita menundukkan wajah kita. Dan mengangkat kedua tangan kita. Memohon dengan sepenuh hati. Akan percikan rahmat dan barakah. Dari shalawat yang kita bacakan untuk Nabi Muhammad Saw.
___________________
Sumber bacaan:
Tanya Jawab: Shiyaghus-Shalati ‘alan-Nabiy.
Tinggalkan Balasan