Apabila Islam demikian menghargai usaha orang-orang yang menuntut ilmu, sudah selayaknya Islam pun amat menghargai orang-orang yang berilmu.
Berikut ini beberapa keutamaan ilmuwan dalam Islam:
1. Ditinggikan derajatnya
Menggambarkan keutamaan orang yang berilmu atau ilmuwan, Allah Ta’ala berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
***
2. Hanya orang yang berilmu yang selamat
Lalu Nabi Muhammad saw. seakan menegaskan keutamaan ilmuwan itu dengan sabda beliau:
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ ، مَلْعُونٌ مَا فِيهَا ، إِلاَّ ذِكْرَ الله تَعَالَى ، وَمَا وَالاهُ ، وَعَالِماً ، أَوْ مُتَعَلِّماً
رواه الترمذي
“Dunia itu terlaknat, dan terlaknatlah semua yang ada di dunia itu, kecuali dzikir kepada Allah, ketaatan kepada-Nya, dan orang yang berilmu, atau yang mengajarkan ilmu.”
(HR. Tirmidzi)
Baca juga: Rasul, Nabi, Wali: Pengertian dan Perbedaannya
***
3. Dimohonkan ampunan oleh seluruh penduduk langit dan bumi
Keutamaan ilmuwan atau orang yang berilmu itu bukan hanya mendapat kemuliaan di sisi sesama manunia. Kemuliaan ilmuwan itu juga memperoleh perhatian di sisi makhluk Allah yang lain, yaitu hewan-hewan yang hidup di daratan maupun di lautan.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena ilmuwan atau orang yang berilmu dengan ilmu yang benar akan juga memperhatikan nasib sesama makhluk hidup. Seorang ilmuwan yang berperilaku sesuai dengan ilmunya akan memperhatikan dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga tidak merugikan apalagi membinasakan sesama makhluk hidup, meskipun ia hanya seekor hewan.
وَإنَّ العَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّماوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ حَتَّى الحيتَانُ في المَاءِ
رواه أَبُو داود والترمذي
“Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi itu selalu memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu, termasuk ikan paus di laut.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
***
4. Memperoleh keutamaan jauh di atas ahli ibadah
Seorang yang beribadah berdasarkan ilmu jauh lebih mulia daripada seorang yang beribadah hanya berdasarkan ikut-ikutan, meskipun praktik ibadahnya secara dhahir adalah sama. Sama-sama benar. Tapi orang yang pertama beribadah dengan mengetahui ilmunya, sementara orang yang kedua beribadah tanpa mengetahui ilmunya. Hal ini menunjukkan betapa mulianya orang yang ahli ibadah berdasarkan ilmu.
وَفضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ عَلَى سَائِرِ الكَوَاكِبِ
رواه أَبُو داود والترمذي
“Keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah itu ibarat keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
***
5. Pewaris para nabi
Secara umum, hubungan waris-mewarisi itu merupakan salah satu hubungan yang amat khusus antara seseorang dengan orang yang lain, seperti adanya hubungan darah atau urusan pembebasan dari perbudakan (sebagaimana dahulu terjadi pada masa Islam klasik). Artinya, hubungan waris-mewarisi itu bukan sembarang hubungan yang bisa diada-adakan secara sembarangan.
Adalah sebuah kemuliaan apabila seorang muslim memiliki “hubungan yang khusus” itu dengan manusia paling mulia, bahkan nabi yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad saw. Nah, ternyata jalan mencapai kemuliaan itu adalah melalui jalur ilmu.
وَإنَّ العُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ ، وَإنَّ الأنْبِيَاءَ لَمْ يَوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً وَإنَّمَا وَرَّثُوا العِلْمَ ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بحَظٍّ وَافِرٍ
رواه أَبُو داود والترمذي
“Sesungguhnya orang-orang yang berilmu adalah pewaris para nabi. Sedangkan para nabi itu tidak mewariskan dirham. Para nabi itu hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, maka ia telah mengambil keuntungan yang besar.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Akhlak Mengajarkan Ilmu dalam Sabda Rasulullah Saw.
[…] Baca pula: Keutamaan Orang Yang Berilmu dalam Al-Qur’an dan Hadits […]