Tidak lebih. Ini hanya curhat saja nggih. Syukur bisa manfaat juga untuk Pembaca.
Semua ini tiada lain adalah semangat dan idealisme. Terutama ketika kompas hidup sedang bermasalah. Hati gelisah dengan target-target yang semakin jauh dari kenyataan.
Dari manakah semuanya bisa kita tata kembali.
1. Doa Penuh Syukur
Hari yang indah itu menurut saya dimulai dengan doa. Namun bukan doa permintaan. Melainkan doa ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta.
Yaitu:
Segala puji dan ucapan terima kasih khusus aku peruntukkan bagi-Mu ya Allah. Engkau yang telah menghidupkan aku kembali pagi ini. Setelah tadi malam Engkau mematikanku. Dan kepada-Mu pula kelak akhirnya aku akan berpulang. Karena dari-Mu-lah pula aku dulu berada.
Jadi setelah membuka kedua mata. Duduk sejenak. Menikmati kesadaran bahwa ruh telah kembali ke badan. Hari yang indah itu dimulai dengan doa yang tulus. Doa kesyukuran pada Sang Pencipta. Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan.
Jam berapakah itu? Kalau bisa jam tiga. Atau setengah tiga pagi.
Baca Juga:
Bunga Sedap Malam dan Hidup Yang Husnul Khatimah
***
2. Bersuci, Mandi dan Gosok Gigi
Setelah atau selain berdoa. Hari yang indah itu dimulai dengan bersuci, mandi dan gosok gigi. Inilah pintu gerbang surga dunia dan akhirat. Karena setelah berwudhu dan berdoa, Rasulullah Saw. mengabarkan. Bahwa telah dibuka pintu-pintu surga bagi kita.
Syariat Islam dalam bentuk bersuci ini sungguh tidak main-main. Agama manakah di dunia ini yang memberikan tuntunan hidup demikian indah. Setelah membuka kedua mata. Kedua kaki kita dituntun melangkah ke kamar mandi. Bersuci dan gosok gigi.
Lalu kita mengucapkan doa. Sekali lagi bukan doa permintaan. Namun doa kesaksian. Bahwa segala nikmat ini hanyalah berasal dari-Nya. Dengan tuntunan Utusan-Nya.
Yaitu:
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan selain Allah saja tanpa serikat dan kawan yang sepadan. Dan aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, tiada nabi setelahnya.
Bagus juga dengan sedikit tambahan:
Sungguh Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang suka membersihkan diri dengan taubah. Dan mencintai hamba-hamba-Nya yang suka membersihkan diri dengan thaharah.
Baca Juga:
Tidur Seharian Waktu Puasa dan Bergadang Semalaman
***
3. Shalat Sunnah, Berdzikir dan Tilawah
Berikutnya. Alangkah indahnya hari itu. Bila saya bisa melaksanakan Shalat Tahajud, berdzikir dan membaca al-Qur’an.
Meskipun hanya dua atau tiga rakaat. Syukur bisa empat rakaat atau lima rakaat.
Lalu berdzikir sejenak meskipun hanya dua atau menit. Pasti membuat hati makin tenteram. Dekat dengan-Nya.
Lalu membaca setengah atau satu halaman al-Qur’an. Syukur bisa lebih dari itu.
Jadi kesimpulannya. Setelah berdoa dengan kata-kata. Maka saya mempersiapkan diri mendekat pada-Nya dengan perbuatan. Yaitu: shalat sunnah, berdzikir dan tilawah.
Baca Juga:
Tips Spesial dalam Menghafal Surat Pilihan
***
4. Shalat Shubuh Berjamaah
Setelah shalat sunnah, berdzikir dan berdoa. Hari yang indah itu dilanjutkan dengan jalan-jalan depan rumah. Menghirup segarnya udara pagi. Lalu:
- mengambil kunci gerbang
- buka pintu rumah
- pakai sandal
- buka gerbang
- kunci kembali
- berangkat ke masjid
Bila kita pulang kembali ke rumah. Maka bersinarlah hati dan jiwa kita. Lapanglah rumah tempat tinggal. Tenteram keluarga. Damai seluruh anggota keluarga. Cerahlah hari itu. Sejak terbit matahai hingga tenggelam di sore hari.
Baca Juga:
Hukum Shalat Berjamaah Lima Waktu di Masjid
***
5. Sarapan dan Ngopi
Menurut pendapat dan pengalaman saya pribadi. Hari yang indah itu bisa juga dimulai dengan sarapan yang sederhana dan nikmat, lalu ditutup dengan segelas kopi. Boleh pahit boleh manis. Boleh kopi saja, maupun ditambah dengan susu atau coklat.
Bila tidak sedang puasa, maka biasanya saya sarapan setelah mengantarkan anak sekolah. Bila hendak puasa, berarti ini makan sahur.
Menu sarapan kesukaan saya adalah nasi pecel khas Jetis. Saya beli tidak jauh dari rumah. Biasanya saya minta nambah sedikit sayur.
Atau nasi goreng bikinan sendiri, dengan irisan bawang merah dan bawah putih yang agak tebal dalam jumlah yang banyak. Lalu cabai merah dan cabai rawit secukupnya. Dengan setengah sendok makan terasi asli Tuban. Serta sedikit bumbu jadi dan garam.
Setelah sarapan selesai. Maka saya mencuci piring dan semua peralatan dapur. Baik yang baru saja saya pakai, maupun gelas piring habis dipakai tadi malam. Tapi sebelum saya mencuci itu, saya isi dulu ceret untuk menjerang air panas dan meracik kopi. Jadi begitu selesai mencuci piring, air sudah mendidih. Tinggal menyeduh kopi dalam gelas dan mengaduknya sambil berjalan menuju meja makan.
Dengan cara seperti itu, berbagai macam kegiatan pun bisa saya lakukan dan terasa sangat pas. Bikin nasi goreng, sarapan, mencuci piring, menjerang air, menyeduh kopi, dan menikmatinya dengan tenang. Baik di meja makan, di teras depan rumah, ataupun di depan kolam ikan.
Menurut saya, inilah salah satu cara memulai hari yang indah. Sehingga saya pun bersemangat mengisi hari itu dengan berbagai kegiatan yang berkualitas.
Baca Juga:
Segelas Kopi Itu Sudah Cukup Buat Satu Keluarga
***
6. Mengecek Agenda Harian
Pulang dari masjid. Hari yang indah itu menurut saya dilanjutkan dengan mengecek agenda harian. Apa saja kewajiban yang mesti kita selesaikan pada hari itu.
- mengajar/bikin soal/setor nilai
- penelitian dan pengabdian terstruktur
- pengajian atau kajian
- ngantor, rapat koordinasi dan evaluasi
- dan semacamnya
Mengecek agenda harian ini sangat membantu lancarnya pekerjaan. Mana yang harus segera diselesaikan. Dan mana pekerjaan yang masih bisa ditunda beberapa waktu ke depan.
Baca Juga:
Model Keluarga Zuhud dan Teladan Namun Tidak Harus Dicontoh
***
7. Mengantar Anak ke Sekolah
Bila ada tugas luar kota dalam waktu yang sangat lama. Apalagi sampai luar negeri. Mengantar anak ke sekolah adalah kegiatan yang sangat saya rindukan.
Saya percaya. Bahwa mengantar anak sekolah itu sama dengan melaksanakan belajar yang sangat mulia. Bukankah menunjukkan pada perbuatan baik itu sama dengan mengerjakan perbuatan baik itu. Apalagi ini mengantarkan kepada perbuatan baik. Tentu lebih mulia lagi.
Oleh karena itulah, saya sangat senang mengerjakan kegiatan ini. Mengantar anak-anak ke sekolah sampai pintu gerbang sekolah masing-masing. Ada yang di SD dan ada yang di SMA.
Pulang dari mengantar anak sekolah itu, saya merasa diri saya sangat bahagia. Hari saya sangat bermakna. Sehingga hari itu pun semakin indah dan cerah, hidup dalam diri dan keluarga.
Baca Juga:
Hukum Menggunakan Zakat Mal untuk Membangun Sekolah
***
8. Ngantor dan Mengajar Pagi
Sesungguhnyalah, ngantor itu sangat membosankan. Yaitu ketika mau berangkat dari rumah. Namun bila sudah tiba di kantor. Apalagi pagi-pagi, ketika belum ada orang lain. Sungguh itu membuat hidup saya sangat indah, berbunga-bunga. Membuat diri saya sebagai seorang dosen yang sangat rajin dan pantas menjadi teladan, haha…
Dulu ketika anak-anak masih balita, saya suka sekali berangkat ke kampus sebagai orang yang pertama dan mengambil kunci kantor dari satpam. Itu sebuah kebanggaan. Membuat hari itu saya sangat bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan dan tugas yang berat.
Demikian pula mengajar pagi. Datang sebelum mahasiswa tiba di kelas. Memberikan pelayanan dengan sepenuh hati. Tersenyum ataupun marah karena ingin memberikan pendidikan yang terbaik. Bukan karena hawa nafsu. Dan itu saya lakukan dengan hati gembira.
Mungkin sebagian Pembaca agak bingung. Bagaimana marah bisa dilakukan dengan gembira. Yaitu marah yang membuat mahasiswa tertawa dan bahagia. Memang perlu latihan dan praktik. Tapi itu bisa dilakukan dengan baik. Bila hati kita sedang gembira.
Baca Juga:
Syarat Sukses dalam Menimba Ilmu Menurut Imam Syafi’i
***
Penutup
Inilah sedikit sharing atau alternatif kegiatan yang insya Allah akan membuat hari kita semakin cerah dan indah. Nyaman dan tenteram. Penuh barakah bagi diri pribadi, keluarga dan masyarakat. Semoga.
Bila ada tambahan pengalaman pribadi. Mohon Pembaca tidak sungkan untuk sharing juga pada kolom komentar.
Allahu a’lam.
___________________________
Bacaan Pelengkap:
Artikel: Kaif Tabda’ Yaumak. Maryam Nashrullah.
Tinggalkan Balasan