Mampukah manusia memikirkan atau memperkirakan kebesaran dan keagungan Allah? Jawabannya adalah mustahil.
Ibaratnya bagaimana mungkin kita memasukkan seluruh air lautan dalam sebuah gelas. Bagaim anapun besarnya gelas itu, maka air lautan itu jauh lebih melimpah dibandingkan daya tampung gelas tersebut.
Demikianlah pula adanya daya nalar dan berpikir manusia. Bahkan bila seluruh umat manusia dan jin bersatu untuk memikirkan kebesaran dan kemurahan Allah Swt.
Selanjutnya marilah kita perhatikan dengan baik hadits di bawah ini. Semoga Allah Swt. berkenan membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya bagi kita semua.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 23: Amalan-amalan Istimewa dalam Islam
***
A. Teks Hadits Arbain Nawawi (24)
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ
يَا عِبَادِي، إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا
يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا دَخَلَ الْبَحْرَ
يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 25: Indahnya Bersaing dalam Kebajikan
***
B. Terjemah Hadits Arbain Nawawi (24)
Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Saw., beliau meriwayatkan dari Rabbnya Azza wa Jalla, bahwa Dia berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menetapkan pula haramnya kezaliman itu diantara kalian. Maka janganlah kalian saling berlaku zalim.
1. Hakekat Manusia Adalah Lemah
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua dalam keadaan sesat, kecuali yang Aku berikan padanya hidayah. Oleh karena itu, mintalah hidayah kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan hidayah padamu.
“Hai para hamba-Ku. Kalian semua dalam keadaan lapar, kecuali yang Aku berikan padanya makanan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan padamu.
“Wahai hamba-hamba-Ku. Kalian semua telanjang, kecuali yang Aku berikan padanya pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian padamu.
2. Kemurahan dan Keagungan Allah
“Wahai hamba-hamba-Ku. Kalian semua melakukan kesalahan pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni semua dosa. Oleh karena itu, mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku mengampuniku.
“Hai hamba-hamba-Ku. Sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku, sebagaimana halnya tidak ada kemanfaatan yang dapat kalian berikan kepada-Ku.
“Wahai para hamba-Ku. Seandainya sejak orang pertama sampai orang terakhir di antara kalian, baik dari kalangan manusia maupun jin, semuanya ada dalam keadaan orang paling bertakwa di antara kamu, niscaya hal itu tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun.
“Wahai hamba-hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama sampai orang terakhir di antara kalian, baik dari golongan manusia maupun jin, semuanya ada dalam keadaan orang paling durhaka di antara kalian. Niscaya hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun.
“Hai hamba-hamba-Ku. Seandainya sejak orang pertama di antara kalian sampai orang terakhir, semuanya berdiri pada sebuah bukit, lalu kalian meminta kepada-Ku, kemudian setiap orang yang meminta Aku penuhi. Niscaya hal itu tidak akan mengurangi apa yang ada pada-Ku, kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan pada tengah lautan.
“Wahai hamba-hamba-Ku. Sesungguhnya semua perbuatan kalian akan Aku perhitungkan untuk kalian, kemudian Aku berikan balasannya. Maka siapa yang banyak mendapatkan kebaikan, hendaklah dia bersyukur kepada Allah. Dan siapa yang menemukan selain itu, janganlah ada yang dia cela kecuali dirinya sendiri.”
(HR. Muslim)
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 26: Demikian Luasnya Pintu Sedekah
***
C. Penjelasan Hadits Arbain Nawawi (24)
Berikut ini beberapa catatan dan keterangan berkaitan dengan hadits di atas:
1. Allah Mengharamkan Kezaliman
Zalim itu secara bahasa artinya gelap atau kegelapan. Karena perbuatan zalim akan memberikan kegelapan pada pelakunya pada hari kiamat.
Allah Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Sekaligus Allah Maha Adil kepada setiap hamba-Nya. Tidak ada sedikitpun kezaliman yang Allah lakukan pada hamba-Nya.
Di antara kesempurnaan sifat Allah Yang Maha Adil adalah Dia mengharamkan kezaliman antara sesama makhluk-Nya selama hidup dunia. Baik itu sesama manusia, jin, maupun binatang sekalipun. Oleh sebab itu, setiap kezaliman yang dilakukan oleh seorang hamba atas sesama hamba akan memperoleh balasannya pada hari kiamat secara adil dalam arti yang sesungguhnya.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 27: Tanyakanlah kepada Dirimu Sendiri
**
2. Seluruh Manusia Sesat
Bagaimanapun pintarnya manusia sesungguhnya dia bodoh. Bahkan dia tersesat. Dalam arti tidak mampu mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk.
Oleh sebab itulah kita umat Nabi Muhammad Saw. yang mengaku sebagai umat manusia yang paling maju dalam berpikir dan berilmu, tetap diberikan perintah untuk mengakui kebodohannya setiap hari. Sehingga kita pun dengan tulus dan merendahkan diri di hadapan-Nya memohon hidayah. Memohon petunjuk kepada jalan yang lurus. Jalan yang diridhai-Nya.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 28: Selalu Mengikuti Sunnah Rasulullah Saw.
**
3. Seluruh Manusia Lapar
Manusia nampak sekuat apapun sesungguhnya adalah lemah. Dia miskin bahkan tidak pernah mampu memenuhi kebutuhannya yang paling mendasar, yaitu makanan.
Tiap hari kita bisa makan beraneka ragam makanan dengan mudah. Karena sudah rutin, semua terasa mudah dan gampang. Namun bila kita mau teliti, ternyata tidak ada yang sederhana.
Semangkuk nasi soto ayam, misalnya. Di situ terdapat beragam bahan makanan. Nasinya saja kalau kita pahami bagaimana bisa dihidangkan di depan meja itu pasti melalui proses yang tidak sebentar. Sejak ditanam, dirawat, panen, sampai jadi beras dan distribusi yang kadang bisa antar kota dan negara. Belum lagi ayamnya, dan aneka bumbunya.
Sungguh bila kita mengingat itu semua dengan detail, maka kita akan sangat bersyukur setiap kali makan. Apalagi kita tahu pasti bahwa setiap hari jutaan orang senantiasa dalam keadaan lapar, bahkan kelaparan dalam arti yang sesungguhnya. Baik karena kondisi perang maupun damai. Dan di antara mereka sangat mungkin ada yang tempat tinggalnya hanya beberapa ratus atau puluh meter dari rumah kita.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 29: Berhati-hatilah Menjaga Lisan
**
4. Seluruh Manusia Telanjang
Demikian pula pakaian yang kita gunakan setiap saat. Tidak ada satu pun pakaian kita itu bisa kita dapatkan dalam waktu yang singkat. Semuanya melalui proses panjang dan berliku.
Apalagi pakaian zaman sekarang. Bukan hanya bahannya, namun juga modenya. Itu hasil budaya bangsa sejak yang telah berlaku sejak ribuan tahun yang lalu, hingga akhirnya berbentuk jadi model pakaian masa kini yang kita gunakan.
Kita tidak bisa membandingkan bahan maupun model pakaian kita dengan pakaian kedua nenek moyang kita Nabi Adam dan Siti Hawa ketika diturunkan ke bumi. Tentu sangat jauh berbeda.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita sangat bersyukur dengan segala kemudahan yang Allah limpahkan kepada kita, termasuk dalam hal ini adalah pakaian yang melindungi sekaligus menghiasi tubuh kita setiap saat.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 30: Hak Allah atas Umat Manusia
**
5. Seluruh Manusia Berdosa
Bagaimanapun manusia telah berusaha mati-matian menjaga dirinya dari perbuatan dosa, namun memang sudah kodratnya manusia akan selalu bergelimang dosa.
Hal ini bisa kita pahami dengan baik apabila kita bandingkan keadaan ruhaniyah kita dengan jasmaniah kita. Apakah mungkin jasad kita bisa bersih dari najis satu hari saja? Jawabannya adalah mustahil.
Meskipun kita telah menjaga sumber makanan kita dengan memilih makanan yang paling bersih dan harum, namun tetap saja beberapa jam kemudian kita harus mengeluarkan kotoran yang najis itu. Inilah fitrah manusia.
Oleh sebab itu, Allah pun memiliki sifat utama di antaranya Maha Pengampun. Allah sudah membuat sifat manusia seperti itu supaya Allah bisa memberikan ampunan kepada umat manusia maupun jin, sebesar apapun kesalahan dan dosa mereka. Semakin besar dan banyak dosa manusia, Allah selalu bersedia memberikan ampunan-Nya bagi mereka. Dan hal itu semakin menunjukkan bahwa Allah sungguh-sungguh Maha Pengampun bagi hamba-Nya, terutama bagi yang bertaubat nashuha.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 31: Kemuliaan Sikap Zuhud atas Duniawi
**
6. Hakekat Ketaatan Manusia di Hadapan Kekuasaan Allah
Ketaatan umat manusia maupun jin tidak pernah menambah sedikit pun kekuasaan Allah. Karena pada hekekatnya manusia dan jin diciptakan bukan untuk menambah kekuasaan Allah. Namun untuk beribadah kepada-Nya. Di mana manfaat ibadah itu akan kembali sepenuhnya bagi kepentingan makhluk-Nya.
Manusia maupun jin berbeda dengan malaikat yang memang sejak awal diciptakan untuk senantiasa patuh dan tunduk pada setiap aturan-Nya sepanjang usia mereka. Tanpa sedikit pun melakukan khilaf dan kesalahan.
Atau memang di antara kekuasaan Allah adalah Dia mampu menciptakan makhluk yang berbeda-beda dengan alam dan sifatnya masing-masing. Sehingga apapun yang terjadi di dunia ini adalah semata-mata dengan izin-Nya dan di bawah kekuasan-Nya. Secara mutlak.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 32: Larangan Mencelakakan Diri Sendiri dan Orang Lain
**
7. Kemurahan Allah pada Hari Perhitungan
Allah bukan hanya Maha Pemurah di dunia ini, namun juga di akhirat kelak. Apa pun kebaikan yang kita terima selama hidup di dunia ini merupakan kemurahan dari Allah semata. Adapun keburukan yang menimpa kita merupakan buah dari perbuatan manusia sendiri. Allah tidak pernah berlaku zalim kepada makhluk-Nya sedikitpun.
Demikian pula di akhirat nanti. Apapun pahala kebaikan yang kita terima merupakan kemurahan dari Allah semata. Sehingga setiap kebaikan akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Plus menghapus satu dosa.
Adapun dosa yang harus kita tanggung merupakan buah dari kecerobohan kita sendiri yang keterlaluan. Karena kalau kebaikan dan keburukan manusia itu seimbang, dia pasti masuk surga. Hanya orang yang kelebihan dosa akan masuk neraka. Padahal selain itu Allah sudah membukakan pintu ampunan-Nya bagi siapa saja yang mau bertaubat. Nah, masih kurang apa lagi?
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 33: Orang Menuduh Harus Punya Bukti
***
Penutup
Inilah beberapa catatan dan keterangan yang mampu kami sajikan pada kesempatan kali ini.
Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.
Allahu a’lam
_____________________
Bacaan Utama:
– Kitab Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam. Imam Ibnu Rajab al-Hambali.
Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini:
Kitab Arbain Nawawiyah: Super Tipis Namun Sungguh Dahsyat
[…] 24. Lemahnya Manusia dan Kemurahan Allah […]