Orang yang mengaku beriman itu harus menunjukkan keimanannya dengan amal kebajikan. Dengan kata lain, bahwa iman yang berkualitas akan melahirkan amal saleh yang berkualitas pula. Sebaliknya, amal yang buruk menunjukkan kualitas keimanan yang jauh dari harapan.
Adapun yang dimaksud dengan amal saleh itu bukan hanya masalah ibadah saja. Namun juga mencakup amal sosial yang manfaatnya dirasakan oleh semua orang seluas-luasnya. Terutama bagi orang-orang yang dekat kita, yaitu: keluarga, tetangga dan tamu yang berkunjung ke rumah.
Dengan demikian, iman tidak cukup hanya disimpan dan dinikmati dalam hati sendiri. Harus berbuah manfaat bagi sesama.
Seterusnya marilah kita perhatikan hadits di bawah ini. Semoga Allah Swt. berkenan membukakan pintu ilmu dan hikmah-Nya bagi kita semua.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi (14): Bila Darah Seorang Muslim Halal?
***
A. Teks Hadits Arbain Nawawi (15)
:عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أًوْ لِيَصْمُتْ
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 16: Janganlah Engkau Marah
***
B. Terjemah Hadits Arbain Nawawi (15)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam (saja).
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tetangganya.
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan tamunya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 17: Akhlak kepada Sesama Makhluk Allah
***
C. Penjelasan Hadits Arbain Nawawi (15)
Selanjutnya berikut ini beberapa catatan dan keterangan berkaitan dengan hadits di atas:
1. Berkata Yang Baik atau Diam
Buah terdekat dan paling mudah dirasakan dari iman yang benar adalah lisan yang saleh. Lisan yang beriman kepada Allah dan hari kiamat adalah lisan yang hanya berkata-kata kebenaran dan kebaikan. Dia menyeru kepada perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.
Bila tidak mampu berkata-kata yang baik, karena keadaan tertentu, maka lisan yang saleh cukup diam. Dia tidak hendak mengatakan yang haram karena hendak memperoleh keuntungan duniawi. Misalnya memberikan pujian kepada pemimpin yang zalim.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 18: Perintah Bertakwa dan Berakhlak Mulia
**
2. Menghormati Tetangga
Tatangga ada pihak yang paling dekat dengan kita, bahkan melebihi saudara kandung, namun tinggal jauh dari rumah kita. Dialah lahan dakwah terdekat. Dialah batu-bata terdekat dimana ukhuwah Islamiyah harus terjalin dengan erat. Dan kalau ada musibah dengan diri dan keluarga kita, dialah pihak yang paling kita harapkan pertolongannya pertama kali.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw. banyak memberikan teladan tentang bagaimana memberikan perhatian dan penghormatan kepada tetangga, bahkan meskipun tetangga tersebut berlainan agama.
Hal yang paling dasar dalam menghormati tetangga, hendaknya tingkah laku kita tidak memberikan gangguan kepada tetangga. Baik berupa suara yang bising, bau yang tidak sedap, ataupun asap kendaraan yang mengganggu kesehatan.
Selain itu hendaknya kita mampu menunjukkan kepedulian kepadanya. Misalnya secara periodik kita mengirimkan masakan padanya. Memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bermain bersama anak-anak kita. Bekerja sama melaksanakan kegiatan bakti sosial. Atau kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 19: Beriman kepada Qadha’ dan Qadar
**
3. Memuliakan Tamu
Setiap tamu yang datang ke rumah kita adalah kemuliaan dari kita. Karena tidak semua orang pingin berkunjung ke rumah kita. Meskipun dia datang biasanya ada maunya. Namun tetapa saja, hal itu menunjukkan kemuliaan diri kita di hadapannya. Maka sebaliknya, setiap tamu berhak untuk memperoleh penghormatan dan pemuliaan dari kita.
Dalam setiap menyambut tamu, hendaknya kita selalu berwajah cerah. Senyum yang terbaik kita tunjukkan dengan tulus. Tutur kata yang sejuh dan menyenangkan. Bila ada sesuatu yang bisa dihidangkan, hendaknya kita sajikan sebaik mungkin. Baik berupa minuman maupun makanan ringan.
Tamu itu adakalanya merupakan keluarga dekat kita. Dalam keadaan demikian, tentu dia lebih berhak memperoleh penghormatan yang lebih baik dibandingkan orang lain. Boleh jadi dia tinggal di luar kota. Kedatangannya yang susah payah sudah selayaknya memperoleh sambutan yang lebih hangat. Mungkin dia bersedia menginap barang satu dua hari, kita siapkan kamar kosong baginya untuk beristirahat dengan nyaman. Demikian dan seterusnya.
Kita lakukan semua itu semata-mata sebagai ibadah yang ikhlas mengharapkan ridha Allah Swt. Dan cukuplah bagi kita kebahagiaan, bila para tamu itu akan kembali ke rumahnya dengan ucapan syukur kepada Allah, berkat ajaran Rasul-Nya yang mulia dan rahmatan lil ‘alamin.
Baca Juga:
Hadits Arbain Nawawi 20: Malu Sebagian dari Iman
***
Penutup
Inilah beberapa catatan dan keterangan yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.
Allahu a’lam.
_____________________
Bacaan Utama:
– Kitab Jami’ al-‘Ulum wal-Hikam. Imam Ibnu Rajab al-Hambali.
Untuk menyimak hadits arbain yang lain, silakan klik link berikut ini:
Kitab Arbain Nawawiyah: Super Tipis Namun Sungguh Dahsyat
[…] 15. Barangsiapa Beriman kepada Allah dan Hari Akhir […]
Ambilkan Bulan, Bu: Anak-anak Tidak Bercanda
[…] “Berkata-katalah yang baik, atau diamlah,” demikian pesan Nabi Muhammad Saw. […]
Ada Tiga Manusia Yang Pertama Kali Dihisab
[…] Baca pula: Arbain Nawawiyah 15: Siapa Iman Kepada Allah dan Hari Akhir […]