Semua orang suka kucing, utamanya anak-anak. Kucing adalah simbol kelucuan. Setiap geraknya itu nampak original dan spontan. Bahkan dari penampilannya saja sudah jelas menggemaskan.
Itulah kesan kucing bagi yang tidak punya kucing. Pokoknya yang baik-baik saja.
Kucing Sungguhan
Namun bagimanakah rasanya punya kucing sungguhan? Sekedar sharing saja, bukan maksud saya menakut-nakuti, apalagi jadi membencinya.
Karakter kucing memang tidak sama, ada yang sedikit nakal, ada pula yang sangat nakal. Ada yang susah makan, ada yang gampang. Demikian pula masalah kebersihan.
Gerry lebih duluan kami adopsi sejak kecil dari seorang kawan baik yang tinggal tidak jauh dari luar perumahan. Baru kemudian si Katty menyusul dua minggu kemudian, meskipun keduanya bersaudara.
Baca pula:
Ikan Kucing: Bahasa Itu Keterampilan, Harus Banyak Praktik
Beda Gerry dan Katty
Nah, Gerry si hitam-putih itu memang sangat lincah. Meskipun semua pintu dan jendela sudah ditutup rapat, dia masih bisa masuk rumah. Ada lubang angin-angin di kamar tamu, letaknya cukup tinggi. Tapi dia bisa menemukannya. Namun kelincahan dan kepintarannya ini yang justru menjengkelkan. Bikin repot.
Harus ditangkap, lalu dikeluarkan dari pintu atau jendela. Untuk membuatnya sedikit jera, kadang saya harus sedikit berbuat kasar. Yah inilah bedanya manusia dan hewan. Manusia bisa diomongin, hewan harus diberi sedikit pukulan. Lha, manusia yang tidak bisa diomongin, akhirnya mohon maaf, harus diperlakukan agak mirip hewan. Dipukul, namun tidak boleh terlalu keras. Dan niatnya pun bukan untuk menyakiti. Melainkan mendidik.
Adapun si Katty yang warna-warni itu lebih mudah diajari. Tapi ada kesamaan dengan si Geryy, yaitu suka mengorek sampah. Padahal sudah diberi makan. Mungkin mereka merasa kurang, makanya masih suka cari tambahan, hehe…
Sudah sekian kali istri dan saya sendiri punya wacana untuk membuang keduanya. Namun tentu saja anak-anak kami keberatan, sangat keberatan. Anak-anak tidak pernah merasakan susahnya punya tambahan kedua “momongan” itu.
Sungguh Merepotkan
Kedua kucing itu dulu ketika baru tiba, suka buang air di dalam rumah. Bahkan pernah sekian kali di atas kasur, bantal, guling juga selimut. Ini repotnya bukan main. Setelah diberi sedikit pelatihan yang terus-menerus, akhirnya mereka bisa mengerti.
Meskipun tidak lagi buang air di dalam rumah, keduanya masih bikin repot. Pindah dari dalam rumah, mereka buang kotoran di dalam pot besar dekat kolam ikan. Meskipun masih merepotkan, tapi sudah lumayan. Istri marah-marah, pertanda tidak bersedia membereskan. Saya sendiri yang terpaksa turun tangan, memindahkan kotoran itu dan membuangnya ke samping perumahan. Kebetulan masih ada sedikit lahan kosong pas di samping perumahan. Kejadian itu sempat terulang beberapa kali. Bikin mangkel, tapi mau bagaimana lagi.
Pindah dari pot, keduanya buang kotoran di bawah gazebo. Akhirnya terpaksa saya juga yang cari pasir cukup banyak, dan saya taruh di bawah gazebo. Biar tidak terlalu bau saja. Lumayan ada peningkatan lagi. Yang penting tidak di dalam rumah, dan tidak di pot bunga.
Setelah sekian hari, akhirnya kedua kucing itu bisa mengerti. Kebetulan waktu itu ada acara sekolah anak yang ditempatkan di rumah kami. Maka istri pun membuang seluruh pasir di bawah gazebo. Saya bantu membersihkan, sekalian menata taman depan rumah. Dan ajaibnya, hari berikutnya kedua kucing itu tidak lagi buang kotoran di sana. Entah di mana, pokoknya tidak di pekarangan maupun di jalan depan rumah.
Alhamdulillah, soal kotoran sudah beres. Tinggal kesukaan Gerry dan Katty membikin tempat sampah di dapur jadi berantakan. Pagi, siang, sore tiap ada kesempatan keduanya selalu menyelinap dan bikin tempat sampah berantakan. Mungkin sudah jadi hobi.
Terakhir tadi malam. Si Gerry ini masuk kamar tamu lewat angin-angin kecil di atas jendela. Lalu pas pintu kamar itu kami tutup. Dia tidak bisa keluar. Nah pagi hari ketahuan, dia buang air di guling. Subhanallah. Bikin emosi lagi. Padahal ini kan bulan puasa.
Setan dan Si Gerry
Ternyata godaan di bulan Ramadhan bukan hanya dari manusia. Setan sudah dibelenggu. Eh, si Gerry bikin ulah. Hehe…
Sabar, sabar. Entahlah nanti kalau sudah habis kesabaran. Sepertinya terpaksa akan kami lepas saja jauh-jauh dari rumah. Tapi akan saya coba untuk mendapatkan jalan yang lain. Semoga saja Gerry tidak nakal lagi.
Karena bila sampai hal itu terjadi, sungguh kami semua akan merasa sangat kehilangan. Benar-benar kehilangan. Semoga tidak ya, Gerry dan Katty sayang…
Whiscash dan Katty: Benarkah Sekolah Bikin Bodoh?
[…] Si Gerry Dan Si Katty: Momongan Kami Yang Lain […]
Mengapa Buah Semangka Besar Tapi Pohonnya Kecil?
[…] Si Gerry dan Si Katty: Momongan Kami Yang Lain […]