أَسْبَابُ وُرُوْدِ الْحَدِيْثِ
Asbaab Wuruud al-Hadiits
Ilmu ini merupakan salah satu cabang Ulumul Hadits yang sangat penting. Karena Asbabul Wurud adalah salah satu metode yang sangat bagus untuk memahami hadits dengan benar.
Secara umum, Asbabul Wurud ini sama dengan Asbabun Nuzul. Keduanya sama-sama mencari sebab, latar belakaran atau konteks. Bedanya, Asbabun Nuzul berkaitan dengan al-Qur’an. Sedangkan Asbabul Wurud berkaitan dengan hadits.
Baca Juga:
Asbabun Nuzul: Pengertian, Contoh, Urgensi, Tanya-Jawab
***
A. Pengertian Asbabul Wurud
Secara bahasa, Asbabul Wurud itu terdiri dari dua kata, yaitu: asbab dan wurud.
Asbab: jamak dari sabab. Artinya: sebab.
Wurud: mashdar dari warada-yaridu-wurudan. Artinya: datang, hadir, tiba, datang.
Secara istilah, para ulama merumuskan definisi Asbabul Wurud sebagai berikut:
العلم الذي يبحث في الأسباب التي دعت النبيّ عليه الصّلاةُ والسّلام إلى ذكره للحديث
وقد يكون السّبب سؤالاً، أو حادثة، أو قصّة
“Asbabul Wurud yaitu: ilmu yang membahas sebab-sebab yang membuat Nabi Muhammad Saw. menyampaikan suatu perkataan. Yang adakalanya Asbabul Wurud itu berupa pertanyaan, peristiwa atau kisah.”
Dengan kata lain, Asbabul Wurud adalah suatu pertanyaan, peristiwa atau kisah yang melatarbelakangi perkataan yang disampaikan Nabi Muhammad Saw.
Baca Juga:
Hadits Ahad: Pengertian, Contoh, Macam dan Kedudukannya
***
B. Contoh Asbabul Wurud
Berikut ini beberapa contoh hadits yang ada Asbabul Wurudnya:
1. Asbabul Wurud hadits larangan jual-beli buah yang belum jelas hasilnya
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تبتاعوا الثمار حتى يبدو صلاحه
Dari Abu Hurairah, ia berkata:
”Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kalian melakukan jual-beli buah-buahan sampai jelas hasilnya.”
(HR. Muslim)
Hadits itu ada asbabul wurudnya. Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:
عن زيد بن ثابت قال: قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم المدينة ونحن نتابيع الثمار قبل أن يبدو صلاحها فسمع رسول الله صلى الله عليه وسلم خصومه فقال: ما هذا؟ فقيل له: هؤلاء ابتاعوا الثمار يقولون: أصابها الرمان التشام، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: فلا تتبايعوها حتى يبدو صلاحها
Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata:
“Rasulullah Saw. tiba di Madinah di mana kami biasa melakkukan jual-beli buah-buahan sebelum tampak bagus. Hingga kemudian Rasullah Saw. mendengar ada orang bertengkar. Beliau bertanya, “Ada apa ini?” Ada yang menjawab, “Mereka melakukan jual-beli buah-buahan, namun ternyata kemudian buah-buahan itu busuk di pohon dan berguguran.” Rasullah Saw. pun bersabda; “Janganlah kalian melakukan jual-beli buah-buahan sampai jelas hasilnya.”
(HR. Ahmad dan Bukhari).
Baca Juga:
Hadits Masyhur: Pengertian, Contoh dan Penjelasannya
**
2. Asbabul Wurud hadits utamakanlah pasangan yang taat beragama
عن أبي هريرة رضي الله عنه وعن النبي صلى الله عليه وسلم قال: تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia.”
(Muttafaq ‘alaih).
Hadits di atas ada Asbabul Wurudnya.
Marilah kita perhatikan hadits berikut ini:
عن جابر بن عبد الله قال: تزوجت امرأة على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا جابر أتزوجت؟ قلت: نعم قال: بكرا أو ثيبا قال: قلت: ثيبا قال: ألا بكرا تلاعبها قال: قلت: يا رسول الله! كن لي أخوات فخشيت أن تدخل بيني وبينهن فقال: إن المرأة تنكح لدينها وجمالها فعليك بذات الدين تربت يداك
Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata:
Pada masa Rasulullah Saw. aku menikahi seorang wanita. Rasulullah Saw. bertanya, “Wahai Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Aku menjawab, “Sudah.” Beliau bertanya, “Gadis atau janda?” Aku menjawab, “Janda.” Beliau bertanya, “Mengapa tidak yang gadis saja, sehingga engkau bisa lebih bersenang-senang?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, aku memiliki beberapa saudara perempuan. Di mana aku khawatir istriku nanti akan membuat rusak hubunganku dengan para saudara perempuanku (karena kurang dewasa). Beliau bersabda, “Perempuan itu dinikahi karena taat beragama dan karena kecantikannya. Utamakanlah perempuan yang taat beragama. Engkau pasti beruntung.”
(HR. Ahmad dan Muslim).
Baca Juga:
Hadits Mutawatir: Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya
***
C. Fungsi Asbabul Wurud
Secara umum, Asbabul Wurud itu sangat penting untuk membantu pemahaman kita kepada suatu hadits. Lebih jelasnya dapat kami sampaikan dua contoh sebagai berikut:
1. Asbabul Wurud membatasi makna suatu hadits (‘am dan khash)
Dengan mengetahui asbabul wurud suatu hadits, maka kita akan mengetahui batasan makna suatu hadits. Misalnya hadits berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهِ وَهُوَ يُصَلِّي جَالِسًا، فَقَالَ: صَلَاةُ الْجَالِسِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ صَلَاةِ الْقَائِمِ
Dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi Muhammad Saw. melewatinya ketika dia sedang shalat dengan duduk. Beliau bersabda, “Shahat dengan duduk itu setengah (pahalanya) dibandingkan shalat dengan berdiri.”
(HR. Ibnu Majah).
Berdasarkan hadits di atas, secara sekilas kita memahami hal itu berlaku secara umum. Namun ternyata hal itu hanya berlaku untuk orang yang mampu berdiri dan terbatas untuk shalat sunnah.
Asababul Wurudnya
Marilah kita perhatikan Asbabul Wurud untuk hadits yang semisal:
أَخبَرَني أَنَسُ بنُ مالِكٍ قال: قدِمَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المدينةَ وهي مُحَمَّةٌ، فَحُمَّ النَّاسُ، فدخَلَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المسجِدَ، والنَّاسُ قُعودٌ يُصلُّونَ، فقال النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: صلاةُ القاعِدِ نِصفُ صلاةِ القائمِ، فتجَشَّمَ النَّاسُ الصلاةَ قيامًا
Anas bin Malik mengabarkan kepadaku, dia berkata:
Nabi Muhammad Saw. baru saja tiba ke Madinah yang waktu itu sedang dilanda sakit demam. Banyak orang akhirnya turut sakit demam. Nabi Muhammad Saw. masuk masjid, sementara orang-orang sedang shalat dengan duduk. Maka Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Shalat dengan duduk itu setengah (pahalanya) dibandingkan shalat dengan berdiri.” Orang-orang pun bersusah payah untuk berdiri.
(HR. Ahmad, Nasa’i dan Ibnu Majah).
Oleh karena itu:
– Untuk shalat wajib, orang yang mampu berdiri, maka dia wajib berdiri. Tidak boleh duduk.
– Bagi orang yang tidak mampu berdiri, lalu dia melaksanakan shalat sunnah dengan duduk, maka pahalanya tetap utuh. Tidak setengah.
Baca Juga:
‘Amm dan Khash: Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya
**
2. Asbabul Wurud mengarahkan makna suatu hadits (muthlaq dan muqayyad)
Dengan mengetahui asbabul wurud suatu hadits, maka kita akan mengetahui arah tertentu suatu hadits. Misalnya hadits berikut ini:
عن أبي جحيفة قال: قال رسول صلى الله عليه وسلم: من سن سنة حسنة عمل بها بعده كان له أجره ومثل أجورهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئا ومن سن سنة سيئة فعمل بها من بعده كان عليه وزره ومثل أوزارهم من غير أن ينتقص من أوزارهم شيئا
Dari Abu Juhaifah, dia berkata:
Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa membuat tradisi baik yang kemudian diamalkan oleh orang-orang setelahnya, maka dia akan memperoleh pahala amal baiknya sendiri dan pahala orang-orang itu, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Dan barangsiapa membuat tradisi buruk yang kemudian diamalkan oleh orang-orang setelahnya, maka dia akan memperoleh dosa amal buruknya sendiri dan dosa orang-orang itu tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.”
(HR. Ibnu Majah).
Asbabul Wurudnya:
Sekilas, yang dimaksud dengan tradisi itu sifatnya umum dan luas. Mencakup semua macam tradisi apapun, baik menyangkut pokok-pokok agama (ushuliyah) maupun cabang-cabang agama (furu’iyah). Namun ternyata hadits itu memiliki Asbabul Wurud sebagai berikut:
عن حذيفة قال: سأل رجل على عهد النبي صلى الله عليه وسلم فأمسك القوم، ثم إن رجلا أعطاه فأعطى القوم فقال النبي صلى الله عليه وسلم: من سن خيرا فاستن به كان له أجره ومن أجور من تبعه غير منتقص من أجورهم شيئا، ومن سن شرا فاستن به كان عليه وزره ومن أوزار من يتبعه غير منتقص من أوزارهم شيئا
Dari Hudzaifah, dia berkata:
Pada zaman Rasulullah Saw. ada seseorang meminta-minta. Semua orang tidak mau memberinya. Kemudian ada seseorang memberinya, lalu yang lain pun memberinya. Maka Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Barangsiapa membuat tradisi baik yang kemudian diamalkan (oleh orang-orang setelahnya), maka dia akan memperoleh pahala amal baiknya sendiri dan pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari pahala mereka. Dan barangsiapa membuat tradisi buruk yang kemudian diamalkan (oleh orang-orang setelahnya), maka dia akan memperoleh dosa amal buruknya sendiri dan dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun dari dosa mereka.”
(HR. Ahmad)
Nah berdasarkan Asbabul Wurud itu, maka kita bisa menyimpulkan. Bahwa arah sabda Rasulullah Saw. itu terbatas kepada tradisi yang sifatnya furu’iyah. Bukan ushuliyah.
Jadi tradisi sedekah itu sudah ada dalam al-Qur’an dan hadits, bahkan juga sudah diamalkan oleh para shahabat setiap hari. Namun pada hari itu semua orang menahan diri. Lalu ada seseorang yang mulai memberikan sedekah. Melihat itu, orang-orang yang lain pun menirukan sedekah orang yang pertama tadi. Maka bagi orang yang pertama itulah kemuliaan sebagai orang yang mengawali perbuatan baik di saat itu. Sehingga dia memperoleh tambahan pahala sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.
Baca Juga:
Muthlaq dan Muqayyad: Pengertian, Contoh dan Penjelasannya
***
D. Macam-macam Asbabul Wurud
Bila kita perhatikan, maka Asbabul Wurud itu ada bermacam-macam, yaitu:
1. Asbabul Wurud dalam bentuk pertanyaan
Macam-macam Asbabul Wurud yang pertama adalah berupa pertanyaan yang diajukan oleh seorang shahabat. Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَأَلَ رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَرْكَبُ الْبَحْرَ وَنَحْمِلُ مَعَنَا الْقَلِيلَ مِنْ الْمَاءِ فَإِنْ تَوَضَّأْنَا بِهِ عَطِشْنَا أَفَنَتَوَضَّأُ بِمَاءِ الْبَحْرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ
Dari Abu Hurairah, dia berkata:
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kami naik kapal dan hanya membawa sedikit air. Bila kami berwudhu dengannya, maka kami akan kehausan. Apakah boleh kami berwudhu dengan air laut?” Maka Rasulullah Saw. menjawab, “Ia (laut) adalah suci airnya dan halal bangkainya.”
(HR. Abu Dawud).
2. Asbabul Wurud dalam bentuk kejadian
Bentuk yang kedua dari Asbabul Wurud adalah sebuah kejadian. Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ فَقَالَ لَوْ لَمْ تَفْعَلُوا لَصَلُحَ قَالَ فَخَرَجَ شِيصًا فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ مَا لِنَخْلِكُمْ قَالُوا قُلْتَ كَذَا وَكَذَا قَالَ أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
Dari Anas, bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma. Lalu beliau bersabda, “Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik.” Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi Muhammad Saw. melewati mereka lagi dan melihat hal itu, beliau bertanya, “Ada apa dengan pohon kurma kalian?” Mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah mengatakan hal ini dan hal itu?” Beliau bersabda, “Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
(HR. Muslim).
Dalam hadits itu terdapat kejadian yang melatarbelakangi sabda Rasulullah Saw.:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ
“Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian.”
Berdasarkan Asbabul Wurud yang disebutkan dalam hadits di atas, kita bisa memahami bahwa sabda Rasulullah Saw. itu terkait dengan teknis melakukan sesuatu. Di mana Rasulullah Saw. memang tidak terlalu paham. Karena latar belakang beliau adalah seorang pedagang, bukan seorang petani. Maka untuk urusan pertanian, beliau menyerahkan kepada para petani.
3. Asbabul Wurud dalam bentuk kisah
Bentuk yang ketiga dari Asbabul Wurud adalah sebuah kisah. Marilah kita perhatikan hadits di bawah ini:
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ أَبِي سُفْيَانَ قَالَ أَلَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِينَا فَقَالَ أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan, da berkata,
“Ketahuilah, ketika sedang bersama kami Rasulullah Saw. bersabda, “Ketahuilah! Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari kalangan Ahlu Kitab berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua golongan masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al-Jama’ah.”
(HR. Abu Dawud).
Dalam hadits itu, Nabi Muhamad Saw. memberikan peringatan kepada umat Islam untuk selalu bersatu. Namun sebelum menyampaikan pesan itu, beliau memberikan pendahuluan dengan kisah umat terdahulu. Yaitu Ahli Kitab: Yahudi dan Nasrani. Bahwa Ahli Kitab itu telah pecah menjadi 72 golongan. Sementara umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan.
Baca Juga:
Hadits Aziz: Pengertian, Contoh dan Penjelasannya
***
E. Teknik Menemukan Asbabul Wurud
Secara ringkas, cara mengetahui Asbabul Wurud sebuah hadits ini sama dengan mencari Asbabun Nuzul sebuah ayat.
Berikut ini beberapa teknik untuk mengecek Asbabul Wurud sebuah hadits:
1. Mengecek Asbabul Wurud dalam kitab-kitab hadits induk
Kitab induk hadits itu seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, dan seterusnya.
Melalui kitab hadits itu, kita bisa mengecek Asbabul Wurud sebuah hadits. Sesuai dengan tema haditsnya. Kalau haditsnya tentang pernikahan, maka kita cek pada bab pernikahan. Bila berkaitan dengan jual-beli, maka kita cek pada bab jual-beli.
Untuk menemukan Asbabul Wurud melalui kitab-kitab hadits induk ini diperlukan kesabaran dan keuletan. Karena kita harus mengecek bab demi bab. Mengecek satu per satu hadits terkait.
2. Mengecek Asbabul Wurud dalam kitab khusus
Sebagaimana akan kami jelaskan setelah ini, para ulama sudah menyusun banyak kitab yang khusus membahas Asbabul Wurud.
Hadits-hadits yang memiliki Asbabul Wurud sudah disusun sesuai babnya. Kita tinggal buka babnya. Lalu kita cek haditsnya. Di bawah hadits itu akan disebutkan Asbabul Wurudnya. Lengkap bersama nama perawinya. Baik perawi yang membukukan hadits itu (seperti Bukhari, Muslim, Abu Dawud), maupun perawi pertama hadits itu (yaitu para shahabat).
Cara ini tentu saja jauh lebih mudah, ringan dan praktis apabila dibandingkan cara pertama di atas. Lebih efektif dan efisien. Hemat waktu dan energi.
3. Browsing di internet
Selain kedua teknik di atas. Sebenarnya ada cara yang lebih praktis dan lebih sesuai untuk zaman kita. Yaitu melalui bantuan internet.
Jadi sekarang sudah banyak website yang secara khusus memberikan layanan informasi mengenai ilmu-ilmu keislaman. Termasuk Asbabul Wurud sebuah hadits.
Caranya sangat mudah:
- Buka google
- Ketik: asbabul wurud
- Lalu ketikkan terjemahan dari hadits yang hendak dicari Asbabul Wurudnya
- Enter.
Maka tersajilah di hadapan kita banyak pilihan website yang menjelaskan Asbabul Wurud hadits tersebut.
Baca Juga:
Hadits Gharib: Pengertian, Contoh dan Macam-macamnya
***
F. Kitab-kitab Khusus Asbabul Wurud
Ulama yang pertama kali memberikan perhatian secara spesial kepada Asbabul Wurud adalah: Imam Bulqini. Nama lengkapnya: Abu al-Fadhl ‘Abdurrahman bin Umar bin Ruslan bin Nashir bin Shalih bin Abdul Khaliq bin Abdul Haq al-Bulqini al-Kanani al-Mashri. Wafat tahun 824 H.
Nama kitabnya: Mahasinul-Ishthilah wa Tadhminu Kalam Ibn as-Shalah. Namun kitab ini merupakan kitab Ulumul Hadits. Bukan khusus Asbabul Wurud. Sehingga Asbabul Wurud hanya salah satu dari sekian pembahasan dalam kitab ini.
Adapun kitab-kitab yang secara khusus disusun untuk Asbabul Wurud di antaranya:
- Asbab Wurudil-Hadits. Imam Ibnu Hajar ‘Asqalani. Wafat tahun 852 H.
- Al-Luma’ fi Asbab Wurudil-Hadits. Imam Suyuthi. Wafat tahun 911 H.
- Asbab Wurudil-Hadits Fahmuh wa Fawaiduh. Syamlal Rabi’.
- Asbab Wurudil-Hadits Muallafatuh wa Aqsamuh wa Fawaiduh. Dr ‘Adil ‘Auni.
Baca Juga:
Kitab Hadits: Shahih, Sunan, Musnad, Muwattha’, Mustadrak
***
Penutup
Inilah beberapa pembahasan mengenai Asbabul Wurud yang bisa kami sampaikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita bersama.
Bila ada tanggapan, tambahan informasi, maupun koreksi, kami persilakan untuk disampaikan pada kolom komentar.
Allahu a’lam.
___________________________
Bacaan Utama:
Kitab Taisir fi Musthalah Hadits, Syeikh Mahmud ath-Thahhan.
Artikel Asbab Wurudil-Hadits. Bara’ Duwaikat.
Tinggalkan Balasan